Page 132 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 FEBRUARI 2021
P. 132

DAMPAK ATURAN UPAH BURUH: RODA EKONOMI TERGANGGU

              Kementerian Ketenagakerjaan mengizinkan industri padat karya yang terdampak pandemi covid-
              19 melakukan penyesuaian upah buruh sampai 31 Desember 2021.

              Kebijakan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2021 tentang
              Pelaksanaan Pengupahan pada Industri Padat Karya Tertentu dalam Masa Pandemi Corona Virus
              Disease 2019 (Covid-19).

              Namun, penyesuaian upah hanya bisa dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pengusaha
              dan  buruh.  Kemudian,  ada  beberapa  kriteria  industri  padat  karya  yang  bisa  melakukan
              penyesuaian upah.

              Kriteria itu, antara lain memiliki buruh minimal 200 orang dan persentase biaya tenaga kerja
              dalam biaya produksi minimal 15 persen.
              Sektor  industri  padat  karya  yang  dapat  melakukan  penyesuaian  upah  pun  terbatas  pada
              makanan, minuman, dan tembakau, tekstil dan pakaian jadi, kulit dan barang kulit, alas kaki,
              mainan anak, dan furnitur.

              "Permenaker ini dibuat agak perusahaan yang terdampak covid-19 tidak membuat keputusan
              sepihak terkait hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha dalam hal pengupahan," tulis Serdirjen
              Perhubungan Industrial (PHI) dan Jaminan Sosial Kemenaker Adriani kepada CNNIndonesia.com,
              Kamis (18/2).
              "Dalam  hal  terjadi  penyesuaian  upah,  maka  itu  bukan  berarti  pengurangan  upah.  Tetapi,
              penyesuaian upah dengan waktu kerja yang juga tidak normal. Dapat terjadi pengurangan jam
              kerja atau perusahaan tidak beroperasi sama sekali," lanjut dia.

              Kebijakan ini tentu akan merugikan buruh. Jika terjadi penyesuaian upah karena jam kerja atau
              pun perusahaan berhenti beroperasi, maka kantong mereka akan semakin kempes di tengah
              pandemi covid-19. Paling parah, pendapatan mereka benar-benar hilang.

              Menanggapi hal ini, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menyebut industri
              memang  menderita  selama  masa  pandemi  ini.  Namun,  bukan  berarti  pemerintah  harus
              mengeluarkan kebijakan seperti ini. Sebab, buruh bakal semakin mengencangkan ikat pinggang
              mereka.

              Yang paling jelas, konsumsi buruh akan turun. Jumlah penurunannya diprediksi sejalan dengan
              potongan upah jika jam kerja dikurangi oleh perusahaan. "Bisa juga lebih dari itu karena buruh
              semakin mengencangkan ikat pinggang," kata Fithra kepada CNNIndonesia.com, dikutip Kamis
              (18/2).

              Penurunan  konsumsi  buruh  otomatis  akan  berpengaruh  terhadap  tingkat  konsumsi  rumah
              tangga  nasional.  Ujung-ujungnya,  bakal  mengganggu  proses  pemulihan  ekonomi  nasional.
              "Bicara konsumsi, konsumsi kan menjadi kontributor terbesar untuk ekonomi," ucap Fithra.

              Dengan kata lain, dampak dari kebijakan pengupahan industri padat karya di masa pandemi ini
              bukan hanya pada buruh, tapi juga ekonomi secara keseluruhan. Padahal, pemerintah sedang
              berupaya membangkitkan lagi ekonomi domestik pasca dihantam pandemi covid-19.

              Menurut Fithra, Kemenaker salah menerbitkan kebijakan. Seharusnya, pemerintah memberikan
              insentif kepada industri untuk membantu manajemen membayar upah ke buruh.

              "Upah ini tidak naik saja bisa masalah, apalagi kalau turun. Intervensi pemerintah, tidak boleh
              diturunkan. Pemerintah bisa kasih ke industri, misalnya industri menanggung 75 persen, sisanya
              pemerintah," ujarnya mencontohkan.
                                                           131
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137