Page 93 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 SEPTEMBER 2020
P. 93

Ringkasan

              Pembahasan Rancangan Undang-undang Omnibus Law di tengah pandemi COVID-19 menjadi
              ancaman serius bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan. Karenanya, Akumulasi Kemarahan
              Buruh dan Rakyat Sumatera Utara (AKBAR) Sumatera Utara menolaknya.



              OMNIBUS LAW MELAYANI KEPENTINGAN MODAL ASING UNTUK MERAMPOK DAN
              MENINDAS RAKYAT
              Omnibus Law Melayani Kepentingan Modal Asing untuk Merampok dan Menindas Rakyat  SUMUT
              NEWS    Konten  Redaksi  Sumut  News    MEDAN    |  Pembahasan  Rancangan  Undang-undang
              Omnibus  Law  di  tengah  pandemi  COVID-19  menjadi  ancaman  serius  bagi  rakyat  Indonesia
              secara  keseluruhan.  Karenanya,  Akumulasi  Kemarahan  Buruh  dan  Rakyat  Sumatera  Utara
              (AKBAR) Sumatera Utara menolaknya. AKBAR Sumut yang terdiri dari 24 lembaga ini menggelar
              konferensi pers di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, pada Senin siang (21/9). Pertemuan
              tersebut merupakan agenda persiapan menuju Hari Tani Nasional, pada 24 September 2020
              mendatang.

              Disebutkan, RUU tersebut ini disinyalir akan mengumpulkan pasal-pasal dari sekitar 79-an UU
              dalam  11  klaster, seperti penyederhanaan  perizinan,  persyaratan investasi, ketenagakerjaan,
              kemudahan  dan  perlindungan  UMKM,  kemudahan  berusaha,  dukungan  riset  dan  inovasi,
              administrasi  pemerintahan,  pengenaan  sanksi,  pengendalian  lahan,  kemudahan  proyek
              Pemerintah, dan kawasan ekonomi khusus.

              Dengan cakupannya yang besar, bahwa ada 1.244 pasal dalam 79 UU tersebut, disinyalir akan
              sangat  membatasi  kesempatan  anggota  parlemen  memperdebatkan  dan  mengujinya  lebih
              dalam.

              Belum lagi mengenai dugaan adanya aturan yang tumpang tindih. Petani, buruh, masyarakat
              adat, nelayan, pelajar, perempuan, serta segala sumber-sumber agraria akan menjadi obyek
              eksploitasi.

              Kepala  Divisi  Sumber  Daya  Alam  -  Lembaga  Bantuan  Hukum  (LBH)  Medan,  Alinafiah
              mengatakan, konferensi pers ini untuk kembali menyerukan kepada Pemerintah Sumatera Utara
              untuk menyelesaikan konflik-konflik agraria, sekaligus melakukan kampanye penolakan terhadap
              Omnibus Law.

              "Karena Omnibus Law adalah pintu bagi adanya perampasan tanah yang akan berpotensi terjadi
              di  masa  depan.  Sejatinya  sejak  pembahasan  yang  minim  partisipasi  rakyat,  tertutup,  nah,
              ternyata isinya pun mengarah pada penghancuran demokrasi kearah otoritarianisme," katanya.

              Koordinator  Wilayah  Konsorsium  Pembaruan  Agraria  -  Sumatera  Utara,  Hawari  Hasibuan
              menjelaskan, dengan adanya Omnibus Law, rakyat akan semakin terpinggirkan, hak atas tanah
              rakyat akan hilang, dan Rakyat Indonesia akan dijadikan kuli.

              Momentum hari tani nasional 2020, menjadi unik, karena 60 tahun sudah UU PA 1960 ada,
              namun sampai saat ini, rakyat masih belum berdaulat atas sumber-sumber agraria.

              Justru, lanjutnya, konflik agraria masih langgeng terjadi tanpa henti, perampasan-perampasan
              tanah masih rutin terdengar. Adanya niat segera disahkannya RUU Omnibus Law tidak bisa kita
              bayangkan bagaimana nanti konflik-konflik agraria terus terjadi dan berpotensi akan banyaknya
              angka konflik agraria di Indonesia terkhusus di Sumatera Utara.




                                                           92
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98