Page 456 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 AGUSTUS 2020
P. 456

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan, ada dua isu yang
              dibawa dalam aksi ini yakni menolak  omnibus law  draf pemerintah dan meminta tak ada lagi
              PHK massal selama Covid 19.

              Menurut Said, ada sembilan poin yang dikritisi  buruh  atas draf Omnibus Law  Cipta Kerja  produk
              pemerintah. Hal itu adalah hilangnya upah minimum, berkurangnya nilai pesangon, waktu kerja
              eksploitatif, karyawan kontrak seumur hidup, outsourcing seumur hidup, PHK yang dipermudah,
              dihapusnya hak cuti dan upah atas cuti, kemudahan Tenaga Kerja Asing  buruh  kasar masuk,
              dihapusnya sanksi pidana, serta potensi hilangnya jaminan kesehatan dan jaminan pensiun bagi
              pekerja  kontrak dan outsourcing seumur hidup. Dia pun berharap lewat aksi ini pemerintah dan
              DPR  bisa menerima sikap KSPI bersama KSPSI AGN, dan 32 Konfederasi serta federasi lainnya.

              "Yaitu mengeluarkan klaster ketenagakerjaan dan RUU  Cipta Kerja  , atau setidaknya UU no
              13/2003 tidak dilakukan perubahan atau dikurangi sama sekali. Termasuk didalamnya semua
              putusan Mahkamah Konstitusi (  MK  ) yang sudah final terhadap regulasi tersebut tidak boleh
              diubah," kata Iqbal.

              Bahasan  lain  yang  juga  lebih  baik  dimasukan  ke  dalam  klaster  ketenagakerjaan  adalah
              peningkatan produktivitas melalui program pendidikan dan pelatihan atau segala sesuatu yang
              belum diatur dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Seperti  pekerja  industri rintisan, UMKM dan
              transportasi daring. Jika aspirasi  buruh  diabaikan, Said memastikan aksi penolakan akan terus
              berlanjut.
              Terpisah, Ketua  DPR  RI Puan Maharani meminta kalangan  buruh  untuk tidak menggelar aksi
              unjuk rasa dalam menyampaikan aspirasi terkait RUU Omnibus Law  Cipta Kerja  . Dia mendorong
              aspirasi disampaikan secara formal.

              "  DPR  RI mengajak kelompok  buruh  yang memiliki aspirasi untuk berjuang tidak lewat aksi
              yang  berpotensi  menimbulkan  kemacetan,  berpotensi  mengganggu  kenyamanan  masyarakat
              lainnya, dan berpotensi jadi klaster penyebaran Covid-19," kata Puan dalam keterangan tertulis,
              Selasa 25 Agustus 2020.
              Ketua DPP PDIP itu mengingatkan bahwa sudah ada pertemuan antara parlemen dengan 16
              perwakilan serikat  buruh  atau serikat  pekerja  pada 20-21 Agustus 2020 di Jakarta. Pertemuan
              itu khusus membahas RUU  Cipta Kerja  yang dikritik kaum  buruh  . Pertemuan itu menghasilkan
              empat kesepahaman soal klaster ketenagakerjaan dalam Omnibus Law RUU  Cipta Kerja  .
              "Dua  di  antaranya  adalah  soal  hubungan  ketenagakerjaan  yang  lebih  adaptif  terhadap
              perkembangan industri dan pembahasan RUU  Cipta Kerja  yang terbuka terhadap masukan
              publik," ucap dia.

              Putri  Presiden  kelima  RI  Megawati  Soekarnoputri  ini  menegaskan  pihaknya  akan  tetap
              melanjutkan pembahasan RUU  Cipta Kerja  . Dia menegaskan bahwa  DPR  akan melakukannya
              secara cermat, hati-hati, transparan, terbuka, dan mengutamakan kesinambungan kepentingan
              nasional.
              "Kami  mendukung  terciptanya  lapangan  kerja,  perbaikan  ekonomi,  serta  tumbuh  dan
              berkembangnya UMKM lewat RUU  Cipta Kerja  ," ujar Puan.***.











                                                           455
   451   452   453   454   455   456   457   458   459   460   461