Page 151 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2020
P. 151

Selain mengajukan judicial review, KSPI juga akan meminta legislative review ke DPR RI.

              "Kami minta wakil rakyat, DPR, mengeluarkan legislative review. UUD 1945 Pasal 20, 21, 22A
              memperbolehkan, sebagai dasar landasan hukum bahwa DPR bisa melakukan legislative review.
              Kalau produk UU ditolak secara meluas, kita minta DPR untuk mencabut UU tersebut, dalam hal
              ini omnibus law Cipta Kerja," imbuh Said.

              "Kemudian diuji, dibuat lagi satu UU baru sebagai dasar pencabutan atau pengganti UU Cipta
              Kerja yang dicabut. Bahkan dalam Pasal 22A UUD 1945, dia mendelegasikan perintahnya secara
              lebih lengkap menjadi UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (P3). Dengan demikian,
              DPR jangan buang badan kepada aksi-aksi rakyat, mahasiswa," sambung dia.

              2. Buruh Tantang Menteri-menteri Jokowi Debat Omnibus Law KSPI juga memberikan ajakan
              terbuka kepada Menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju yang turut menyusun Undang-undang
              (UU) Omnibus Law Cipta Kerja untuk menggelar debat publik.

              Debat  itu  bertujuan  untuk  saling  membandingkan  pandangan  buruh  dengan  pandangan
              pemerintah terkait Omnibus Law Cipta Kerja, khususnya di klaster ketenagakerjaan.

              "Atau  kita  debat  publik  sebelum  Pak  Presiden  tanda  tangan  (berkas  final  UU  Cipta  Kerja).
              Menteri-menterinya kita debat publik. Kalau perlu nggak ada batas waktu, atau 2 jam full. Kan
              ini ada beberapa referensi, ayo 2 jam full. Silakan hadirkan menteri-menteri terkait, boleh debat,"
              kata Said.

              Namun,  ia  meminta  debat  publik  ini  dilakukan  dua  arah,  melainkan  dari  pihak  buruh  dan
              pemerintah masing-masing punya kesempatan menyampaikan pandangannya.

              "Nggak boleh searah. Nanti kalau menteri diundang, orang ini jangan diundang, dan lain-lain.
              Nanti takut berdebat sama rakyat," ujar dia.
              Said mengaku, serikat buruh sudah 4 kali diundang dalam diskusi klaster ketenagakerjaan UU
              Cipta  Kerja  yang  diinisiasi  Menko  Polhukam  Mahfud  MD.  Sayangnya,  diskusi  selalu  berjalan
              searah.

              "Pertemuan ke-3 lebih lengkap, ada Mensesneg Pak Pratikno, Kepala KSP Pak Moeldoko, ada
              juga Pak Airlangga bahkan di pertemuan ke-4. Kemudian ada juga Bu Ida Fauziyah memaparkan.
              Tapi kan lagi-lagi searah, kami sampaikan didengar, kemudian diterima. Bagi kami yang penting
              bukan pertemuannya saja, pertemuan itu penting bagi kita buat dialog. Tapi output daripada
              pertemuan itu yang kita minta. Kalau hasilnya seperti ini, tentu kami punya untuk menolak,"
              pungkasnya.

              Beberapa poin yang ditolak buruh dalam UU Cipta Kerja totalnya mencapai 10 poin, antara lain
              tentang upah minimum, pesangon, outsourcing, pekerja kontrak, dan sebagainya.



















                                                           150
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156