Page 342 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 OKTOBER 2020
P. 342

Sementara  banyak  diprotes  buruh,  kalangan  pengusaha  menilai  bahwa  pesangon  untuk
              karyawan yang terkena PHK sebesar maksimal 25 kali upah dari sebelumnya maksimal 32 kali
              upah, masih lebih tinggi dibandingkan negara di ASEAN lainnya.

              "Vietnam rata-rata 10 kali upah, Malaysia dan Thailand 10 sampai 15 kali upah Kita pun masih
              relatif tinggi," ujar Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia RosanRoeslani.

              Menurut Rosan, dalam pemberian pesangon yang sebagian ditanggung pemerintah melalui BPJS
              Ketenagakerjaan pun tidak mengurangi hak-hak para buruh yang berasal dari program jaminan
              lainnya.  Oleh  karena  itu,  Rosan  mengimbau  kepada  seluruh  masyarakat  untuk  memahami
              terlebih dahulu UU Omnibus Law Cipta Kerja ini. Sebab, jika ada pasal-pasal yang tidak tertuang
              bukan berarti hilang atau tidak berlaku lagi. "Banyak yang beranggapan kalau tidak disebutkan
              dalam Omnibus Law itu hilang, padahal kan itu tidak seperti itu," tambahnya Rosan kembali
              menegaskan  bahwa  saat  ini  berbagai  reformasi  perlu  dilakukan  apabila  Indonesia  ingin
              meningkatkan  angka  penyerapan  tenaga  kerja.  Pasalnya,  Rosan  mencatat,  meski  realisasi
              investasi  setiap  tahunnya  mengalami  peningkatan,  angka  penyerapan  tenaga  kerja  justru
              mengalami penurunan. "Di tahun 2016, penyerapan tenaga kerja kita masih di 2.271 orang per
              1 triliun. Sementara di 2019 per 1 trilun hanya 1.200 orang, lebih sedikit," bebernya.

              Menurut dia, hal tersebut karena negara-negara tetangga terus melakukan reformasi kemudahan
              berusaha.  Sehingga  para  pelaku  investor  padat  karya  lebih  memilih  untuk  menanamkan
              modalnya di negara lain, dibanding di Indonesia. "Negara-negara tetangga kita, mereka juga
              melakukan reformasi struktural secara terus menerus. Ini yang kita coba lakukan," pungkasnya.

              Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad
              menilai, omnibus law tidak mengakomodir industri padat karya. Pemerintah tidak cukup hanya
              dengan memberi kemudahan pendaftaran dan perizinan mendirikan perusahaan maupun UMKM
              (usaha mikro, kecil, menengah) saja. Padahal, kendala utamanya bukan itu Menurut dia, justru
              kendala yang utama adalah pemasaran. Seharusnya omnibus law memberikan satu kerangka
              agar investasi dalam negeri ada proses alih teknologi bagi perusahaan lokal dan UMKM Boleh
              sebagian atau seluruhnya. "Sehingga gap kapasitas teknologi yang dimiliki perusahaan lokal dan
              perusahaan  asing  bisa  berkurang.  Dengan  begitu,  perusahaan  dan  UMKM  di  tanah  air  akan
              berkembang dan menjadi mitra yang sejajar," beber Tauhid saat dihubungi Jawa Pos (JPG),
              kemarin.

              Bagi  perusahaan  asing  yang  memberikan  alih  teknologi  untuk  kemudian  diberikan  insentif
              Seperti, insentif pajak maupun pengurangan biaya impor "Sayangnya, dalam omnibus law alih
              teknologi belum menjadi salah satu prioritas," imbuhnya (mia/ agf/fyn/tyo/han/jpg)




























                                                           341
   337   338   339   340   341   342   343   344   345   346   347