Page 337 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 OKTOBER 2020
P. 337

tentang Guru dan Dosen; UU Nomor 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi; UU Nomor 20/2013
              tentang Pendidikan Kedokteran; UU Nomor 4/2019 tentang Kebidanan; dan UU Nomor 20/2014
              tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

              Namun,  setelah  Rapat  Paripurna,  Senin  (5/10)  malam,  beredar  "UU  Cipta  Kerja  FINAL  -
              Paripurna" melalui WhatsApp. Di dalam dokumen terdiri atas 15 bab dan 186 pasal serta 905
              halaman ini ada ketentuan mengenai upah minimum kabupaten/kota.

              Terdapat perubahan dalam Pasal 88C, semula dua ayat, menjadi tujuh ayat.

              - Ayat (1): Gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi;

              - Ayat (2) Gubernur dapat menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu;
              -  Ayat  (3)  Upah  minimum  sebagaimana  dimaksud  pada  Ayat  (1)  dan  Ayat  (2)  ditetapkan
              berdasarkan kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan.
              - Ayat (4) Syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) meliputi pertumbuhan ekonomi
              daerah dan inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan;

              - Ayat (5) Upah minimum kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus lebih
              tinggi dari upah minimum provinsi.

              -  Ayat  (6)  Kondisi  ekonomi  dan  ketenagakerjaan  sebagaimana  dimaksud  pada  Ayat  (3)
              menggunakan data yang bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.

              - Ayat (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan upah minimum sebagaimana
              dimaksud pada Ayat (3) dan syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) diatur dengan
              peraturan pemerintah.

              Informasi  lain  yang  diketahui  publik  adalah  enam  fraksi  menyatakan  setuju,  Fraksi  PAN
              memberikan catatan, serta Fraksi Partai Demokrat dan Fraksi PKS yang menyatakan menolak
              persetujuan RUU Cipta Kerja menjadi UU.
              Ironis  Adalah kenyataan ironis bahwa aksi unjuk rasa di sejumlah daerah terkait dengan putusan
              Rapat  Paripurna  DPR  yang  menyetujui  pengesahan  Rancangan  Undang-Undang  Cipta  Kerja
              menjadi undang-undang gegara disinformasi.

              Seharusnya hal itu tidak terjadi pada era teknologi informasi jika setiap ada perubahan draf RUU
              Cipta Kerja segera dipublikasikan melalui web resmi DPR RI (  www.dpr.go.id  ).

              Seyogianya pembuat undang-undang menginformasikan adanya perubahan kepada publik setiap
              tahapan, mulai tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan,
              dan pengundangan.

              Tidak pelak lagi, aksi unjuk rasa pun mewarnai pembahasan tersebut. Bahkan, setelah Rapat
              Paripurna DPR, 5 Oktober 2020, sejumlah elemen masyarakat melakukan demonstrasi menolak
              pengesahan RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang meski aturan soal UMK sudah ada di dalam
              RUU itu.


              Jangankan masyarakat, sejumlah anggota DPR RI mengaku belum menerima naskah akhir RUU
              Cipta Kerja pada saat rapat paripurna. Ini sebuah ironi pada era teknologi informasi. Oleh karena
              itu, perlu transparansi dalam setiap pembahasan RUU.

              Kini, publik tinggal menunggu apakah "dokumen terakhir" RUU Cipta Kerja yang ada di media
              sosial  sama  dengan  UU  Cipta  Kerja  yang  ada  di  dalam  Lembaran  Negara,  termasuk  pula
              pernyataan Presiden Joko Widodo dan sejumlah pejabat lain yang memberi penjelasan kepada
              rakyat.
                                                           336
   332   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342