Page 105 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 MARET 2021
P. 105

UU CIPTA KERJA JUGA BANTU UMKM

              JAKARTA, - Game changer Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker) dinilai mulai nendang, setelah
              peraturan pelaksanaan berupa 51 PP dan perpres rampung diterbitkan pada Desember hingga
              Februari lalu. Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang lahir dari omnimus law ini telah dibentuk
              dengan  setoran  modal pemerintah  Rp  75 triliun,  yang diproyeksikan menarik  investasi  asing
              maupun dalam negeri Rp 225 triliun untuk tahap pertama.

              Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan UU Cipta Kerja tidak hanya mendorong
              investasi sektor jumbo, tetapi juga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Tanah Air.

              Senada,  Direktur  Eksekutif  Indef  Tauhid  Ahmad  menilai,  dari  PP  dan  perpres  pelaksana  UU
              Ciptaker tersebut, yang paling efektif dan paling berpengaruh positif untuk pemulihan ekonomi
              adalah aturan-aturan mengenai perizinan terutama untuk UMKM, serta pengambilan keputusan
              berkaitan dengan masalah lahan.

              "UMKM hambatannya dari regulasi sudah dipermudah, UMKM juga memerlukan dukungan dari
              sisi implementasi regulasi untuk pemberdayaan, akses ke market, dan financing.  Implementasi
              untuk mengawal hal tersebut butuh konsistensi dari pemerintah, karena butuh alokasi anggaran
              pemerintah, serta dukungan perbankan dalam hal kredit," kata dia.

              Di sisi lain, lanjut dia, ada juga yang akan menjadi batu sandungan dalam implementasi, misalnya
              soal lahan.

              "Kalau pemerintah daerah tidak segera menyiapkan keputusan soal tata ruang dan sebagainya,
              penanganan  akan  diambil  alih  pemerintah  pusat.Kalau  itu  terjadi,  implikasinya  akan  terjadi
              penolakan di lapangan, karena daerah tidak dilibatkan dalam proses itu. Jadi, intinya adalah
              problem  eksekusi,  karena  Rencana  Detail  Tata  Ruang  Kota  (RDTRK)  menjadi  syarat  untuk
              kewajiban penempatan dan lokasi di mana yang diperbolehkan untuk digunakan," kata Tauhid.

              Dia  menjelaskan,  biaya  pembuatan  RDTRK  juga  mahal.  Selain  itu,  keputusan-  keputusan
              mengenai penggunaan lahan untuk ditetapkan dalam peraturan daerah yang perlu dibahas di
              tingkat legislatif pada umumnya membutuhkan waktu.

              Tauhid mengatakan, ada pula tantangan dalam UU Cipta Kerja mengenai perburuhan. Menurut
              dia, masih ada 7 poin yang perlu segera diperbaiki.

              "Jadi  nanti  yang  mesti  dipermudah  bukan  hanya  soal  upah,  tapi  hal  lainnya  berkaitan
              ketenagakerjaan juga perlu diselesaikan terlebih dahulu. Misalnya, turunan dari UU Cipta Kerja
              ada perpres dengan banyak lampiran, lampiran pertama berkaitan dengan fasilitas atau insentif
              yang  diberikan  pemerintah,  kedua  berkaitan  dengan  UMKM,  dan  ketiga  adalah  persyaratan
              tertentu.  Yang  akan  menjadi  masalah  adalah  persyaratan  tertentu  tersebut,  karena
              membutuhkan persiapan, tidak cukup hanya perpres," ujar Tauhid.

              Beleid tersebut, lanjut dia, memerlukan juga juknis atau petunjuk teknis dan juklak atau petunjuk
              pelaksanaan. Ini berarti tetap harus ada peraturan menteri (permen) dan harus menunggu lagi
              sampai permen diterbitkan.

              (dho/tl/ark/ns/ant/sumber  lain/en)  https:///business/uae-berminat-investasi-di-swf-indonesia
              Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id).








                                                           104
   100   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110