Page 139 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 MARET 2021
P. 139

Perempuan disabilitas semakin rentan bahkan berpotensi mengalami kekerasan berkali lipat lebih
              besar.
              Di sisi lain, stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV/ODHA, pekerja seks, dan disabilitas terus
              dirasakan.

              Kehilangan akses pada pekerjaan, mendapatkan kesulitan ketika mengakses layanan publi, dan
              menjadi  sasaran  empuk  oknum  pengada  layanan  publik  pemerintah  yang  bertujuan  untuk
              mengambil keuntungan dari upaya komunitas ini untuk mengakses layanan public.

              Bagi perempuan migran, pandemik merupakan penderitaan yang bertambah berkali lipat.

              Tercatat sebanyak 32.192 buruh migran kehilangan pekerjaan dan dipulangkan ke tanah air.
              Sementara bagi buruh migran yang masih bekerja, terutama buruh migran perempuan yang
              bekerja sebagai pekerja rumah tangga mereka mengalami situasi tidak digaji, kerja dua kali lipat
              tanpa istirahat karena harus membersihkan rumah berkali-kali dan memasak lebih sering karena
              majikan selalu di rumah.

              Ditambah lagi, tidak mendapatkan hak libur dengan alasan lockdown dan mencegah penularan.

              "Migran  juga  mendapatkan  diskriminasi  dan  stigma  bahkan  dikambinghitamkan  sebagai
              pembawa dan penyebar virus,"pungkasnya.

              Dengan rentetan kondisi yang dihadapi perempuan saat situasi pandemic ini, Peringatan Hari
              Perempuan  Internasional  tahun  2021  ini,  Jaringan  OBR  Indonesia  Solidarity  menyampaikan
              tuntutan kepada Pemerintah yakni, 1. Segera Bahas dan Sahkan RUU Penghapusan Kekerasan
              Seksual (RUU P-KS) 2. Berikan layanan kesehatan gratis bagi perempuan dan rakyat yang tidak
              mampu 3. Tolak Omnibus law dan PP Cipta Kerja dan berikan upah layak, jaminan pekerjaan
              dan perlindungan untuk buruh perempuan.
              4. Bangun sistem perlindungan dan layanan bagi korban kekerasan seksual di kampus, tegakkan
              sanksi tegas bagi akademisi/dosen pelaku kekerasan seksual di kampus 5. Tarik Militer yang
              menjadi  actor  utama  kekerasan  terhadap  perempuan  Papua  6.  Buka  ruang  demokrasi  yang
              seluas-luasnya  bagi  perempuan  Papua  7.  Tolak  otonomi  khusus  Jilid  II  yang  adalah  paket
              perpanjangan kekerasan terhadap perempuan Papua 8. Berikan layanan inklusif pada kelompok
              disabiltas 9. Hentikan penahananan dokumen, stop overcharging, berlakukan kontrak mandiri
              bagi  PRT  migran  10.  Bangun  infrastruktur  ekonomi  untuk  sector  hasil  hutan  dan  pertanian
              pangan rakyat 11. Berlakukan skema perlindungan internet aman bagi anak 12. Mewajibkan
              perusahaan pers membuat SOP pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual terhadap
              jurnalis  13.  Berikan  perlindungan  kerja  bagi  buruh  kebun,  naikkan  upah  buruh  kebun  14.
              Turunkan iuran BPJS kesehatan, hilangkan denda bagi rakyat yang tidak mampu dan permudah
              proses  perpindahan  kepesertaan  BPJS  Kesehatan  dari  umum  ke  PBI  15.  Stop  Stigma  dan
              diskriminasi  terhadap  komunitas  ODHIV/ODHA,  pekerja  seks,  disabilitas,  tindak  tegas  para
              pelaku kekerasan 16. Libatkan perempuan dalam perumusan dan pembuatan kebijakan, berikan
              perhatian lebih kepada komunitas perempuan rentan agar bisa terlibat secara berkualitas.















                                                           138
   134   135   136   137   138   139   140   141   142