Page 26 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 26

Selain  itu  kelompok  penolak  harus  ikut  memastikan  investasi  yang  masuk  ke  Indonesia
              berkategori  padat  karya  dan  menciptakan  lapangan  kerja,  bukan  investasi  yang  justru
              menimbulkari persoalan bagi masyarakat dan lingkungan.

              "Jadi, perlu diingat juga bahwa UU ini bukan tentang investasi, tetapi UU Cipta. Kerja. Artinya
              penciptaan lapangan kerja," katanya.

              Secara keseluruhan, Yose mengharapkan regulasi ini tidak bernasib seperti UU Ketenagakerjaan
              yang justru menciptakan disinsentif bagi dunia usaha untuk masuk ke sektor yang padat karya.
              "Tahun 2003 bertepatan dengan implementasi UU Ketenagakerjaan dan bom komoditas, tapi
              lapangan kerja di industri manufaktur hanya kurang dari lima ribu orang per tahun," katanya.

              Bukan Draf Final

              Wakil  Ketua  Badan  Legislasi  (Baleg)  DPR  RI  Achmad  Baidowi  mengklarifikasi  terkait  banyak
              beredarnya  draf  Rancangan  Undang-Undang  Cipta  Kerja  (RUU  Ciptaker)  yang  bgredar  di
              masyarakat, bukan merupakan draf final. "Bukan (draf final), apalagi versinya beda-beda," kata
              Baidowi atau Awiek kepada para wartawan di Jakarta, Kamis.

              Dia  tidak  menjawab terkait  darf  final  RUU  Ciptaker  yang disetujui  Rapat  Paripurna  DPR  dan
              menyarankan agar ditanyakan kepada Pimpinan DPR RI. Selain itu dia menjelaskan, terkait isu
              citra  final  RUU  yang  harus  diserahkan  kepada  anggota  DPR  sebelum  Rapat  Paripurna
              berlangsung.

              Menurut dia, yang wajib dibagikan sesuai tata tertib DPR adalah pidato Pimpinan DPR pada
              pembukaa  n  dan  penutupan  masa  sidang  sesuai  Pasal  253  ayat  5  Tatib  DPR."Yang  wajib
              dibagikan sesuai Tatib DPR adalah Pimpinan DPR pada pembukaan dan penutupan masa sidang
              sesuai Pasal 253 ayat 5 Tatib DPR, serta bahan rapat kerja dengan pemerintah dan pakar sesuai
              Pasal 286," ujarnya.

              Anggota Baleg DPR Firman Soebagyo mengaku sedih dengan beredarnya isi draf RUU Cipta Kerja
              yang belum final dan sudah tersebar di media sosial sebelum disahkan oleh pemerintah dan DPR
              sehingga membuat masyarakat salah mengartikan isi UU tersebut.

              Karena menurut dia, draf yang tersebar itu merupakan konsekuensi daripada pembahasan RUU
              Ciptaker yang dibahas secara transparan, dan siapapun semua bisa mengikuti melalui zoom dan
              kemudian itu disiarkan secara langsung oleh tv parlemen dan itu dikutip oleh tv lainnya."Artinya,
              bahwa memang draft ini dibahas tidak sekaligus final itu masih ada proses-proses yang memang
              secara  tahap  bertahap  itu  kan  ada  penyempurnaan.  Oleh  karena  itu,  kalau  ada  pihak-pihak
              menyampaikan melalui pandangan lama pastinya akan beda dengan yang final," kata Firman.

              Dia  melihat  saat  ini  beredar  juga  baik  dari  medsos  kemudian  melalui  viral-viral  justru
              memprovokasi,  baik  itu  dari  buruh  maupun  masyarakat.  dan  mahasiswa  karena  kurang
              akuratnya data dan informasi yang diperoleh.
              Menaker Bantah

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) IdaFauziyah membantah bahwa Undang-Undang (UU) Cipta
              Kerja menghilangkan hak cuti pekerja seperti cuti haid dan melahirkan.

              Ida Fauziyah dalam sosialisasi UU Cipta Kerja yang dipantau via virtual dari Jakarta pada Kamis,
              menegaskan bahwa waktu istirahat dan cuti itu tetap diatur seperti di UU Nomor 13 Tahun 2003
              tentang Ketenagakerjaan. "Memang tidak diatur di Undang-Undang Cipta Kerja. Artinya kalau
              tidak  dihapus  berarti  undang-undang  yang  lama  tetap  eksis,  namun  undang-undang  ini
              memerintahkan untuk pengaturan lebih detailnya di peraturan pemerintah (PP)," kata Ida


                                                           25
   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31