Page 439 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 439

Disinggung soal penetapan UM tahun depan, Menaker menegaskan, belum akan menggunakan
              RUU  ini.  Hal  ini  berkaitan  dengan  kondisi  pertumbuhan  ekonomi  yang  masih  negatif  akibat
              pandemi. Dia mengatakan, pihaknya telah mendapat masukan dari dewan pengupahan nasional
              mengenai penetapan UM 2021. Penetapan diusulkan untuk mengikuti UMP 2020.

              "Karena  kalau  kita  paksakanmengi-kuti  PP  78/2015  atau  UU  baru  ini  pasti  akan  banyak
              perusahan yang tidak mampu membayar UMP-nya," paparnya.

              Diakuinya, jika merujuk pada PP 78/2015, disebutkan bahwa dalam kurun waktu lim atahun
              harus  ada  peninjauan  komponen  kebutuhan  hidup  layak  (KHL).  KHL  ini  masuk  dalam
              hitunganpenentuan UMP. Nah, pembaharuanini harusnya dilakukan di tahun ini untuk penetapan
              UMP 2021.

              "Memang ada perubahan komponen KHL untuk 2021. Namun demikian, kita semua tahu akibat
              pandemi pertumbuhan ekonomi minus,''jelasnya.

              Sehingga,  tidak  memungkinkan  bagi  pemerintah  menetapkan  secara  normal  sebagaimana
              peraturan pemerintah maupun perturan perun-dang-undangan.

              Mengenai  PHK,  Ida  kembali  menekankan  bahwa  dalam  RUU  ini  tetap  mengatur  mengenai
              ketentuan  persyaratan  dantata  cara PHK.  Serikat  pekerja/  buruh  pun  diberikan  ruang  dalam
              memperjuangkan kepentingan anggota yang sedang dalam proses PHK. Bahkan, RUU ini akan
              semakin mempertegas pengaturan mengenai upah proses bagi pekeij a/buruh selama PHK masih
              dalam proses penyelesaian sampai putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap.

              "Saat ada PHK masih dalam proses, maka buruh masih dapatkan upah. Ini ditegaskan di RUU
              Cipta Kerja," jelasnya.

              Selain itu, dalam rangka memberi jaminan sosial ke pekerja/ buruh yang terkena PHK, RUU
              Ciptaker  juga  mengatur  ketentuan  mengenai  jaminan  kehilangan  pekerjaan  (JHP).  Yang
              manfaatnya  berupa  uang  tunai,  pelatihan  kerja,  hingga  terkoneksi  dengan  informasi
              ketenagakerjaan. Sehingga, pekerja bisa mendapat sangu, upskilling, dan akses penempatan
              kerja.  Dengan  begitu,  nantinya,  pekerja/buruh  bisa  dapat  kemudahan  untuk  memperoleh
              pekerjaan baru.

              Menurutnya, RUU ini lebih memberikan kepastian bahwa hak pesangon itu diterima oleh pekeij
              a buruh dengan adanya skema ini. Tentunya, di samping pesangon yang diberikan pengusaha.
              "Pekerja mendapatkan JHP yang ini tidak dikenal dalam UU 13 2003," ungkapnya.

              Nantinya, JHP bakal dikelolah oleh BPJamsostek. Di mana, modal awal disiapkan sebesar Rp6
              triliun oleh pemerintah.

              Dalam kesempatan itu, Ida juga menegaskan bahwa tidak benar jika ketentuan sanksi pidana
              ketenagakerjaan  dihapus.  Dia  mengatakan,  bahwa  ketentuan  mengenai  sanksi  pidana
              ketenagakerjaan semuanya dikembalikan seperti UU 13/2003.

              "Saya kira kita bisa tahu, banyak distorsi informasi di masyarakat yang sesungguhnya jauh dari
              kenyataan," ungkap politikus PKB tersebut.

              Misalnya  lagi  soal  waktu  kerja  dan  istirahat.  Aturannya  tetap  mengikuti UU  ketenagakerjaan
              dengan menambah ketentuan baru menegnai pengaturan waktu keij a dan istirahat pada sekto
              rusaha dan pekerjaan tertentu.
              "Kenapa diatur? Kita mengakomodir tuntutan perlindungan bagi pekeij a/buruh dalam bentuk-
              bentuk hubungan kerja dan sektor tetenteu di era ekonomi digital saat ini," papar Ida.



                                                           438
   434   435   436   437   438   439   440   441   442   443   444