Page 441 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 441

otomotif yang butuh skill tinggi. Wajar bila upahnya mahal. Se mentara untuk yang industri alas
              kaki atau sepatu upahnya lebih rendah.
              Kecuali, Indonesia ingin bersaing dengan India, Bangladesh dan Ethiopia untuk mengejar low
              cost labor industry. "Yang penting tenaga kerja banyak tapi upah rendah. Kalau model investasi
              yang kualitasnya rendah dikejar maka wajar solusinya adalah omnibus law," uj ar Bhima saat
              dihubungi Jawa Pos (JPG) malam tadi.

              Namun, sebaliknya jika ingin menarik investasi yang hitech dan high skill labor, maka pemerintah
              seha-rus-nya tidak bermain dalam perubahan regulasi upah dan tunj angan pekeij a. Tapi harus
              membenahi soal pendidikan, ketrampilan, dan pemberian hak pekerja yang lebih baik.

              Menurut dia, perusahaan brand internasional diberbagai produk dengan target konsumen negara
              maju,  pasti  menginginkan  investasi  yangmemenuhi  standar.  Baik  standar  lingkungan,
              menghargai  hak  pekerja  (fair  labor  dan  decent  work)  dan  tans-paran.  Ttidak  terlibat  dalam
              praktik suap atau korupsi.
              "Tapi ini kan anomali, justru omnibus law mundur kebelakang Alhasil indonesia sebenarnya turun
              kelas bukan bersaing dengan Vietnam dan Thailand. Tapi negara-negara miskin dalam berebut
              investasi yang kualitasnya rendah. Saya mau ikut judidal review di MK (Mahkamah Konstitusi),"
              tegas Bhima.
              Presiden  KSPI  Said  Iqbal  menj  abar-kan  sejuml  ah  fakt  a  mengenai  RUU  ini  yang  bakal
              mengancam  peker-ja/bu-ruh  Diantaranya,  mengenai  UM.  Dia  mengtakan,  faktanya
              UpahMinimum Sektoral (UMSP dan UMSK) m emang dihapus. Meski, UM kabupaten/kota (UMK)
              tetap ada. Itu pun dengan persyaratan.

              Said  tetap  berpendirian,  bahwa  UMSK  dan  UMSP  dihapus  maka  akan  terjadi  ketidakadilan.
              Terutama bagi pekerja dengan beban lebih tinggi dankontribusi lebih tinggi pada perekonomian
              namun  nilai  UM  harus  disamakan  dengan  perusahaan  lain,  seperti  perusahan  baju  atau
              perusahaan kerupuk.

              "Itulah sebabnya, di seluruh dunia ada Upah Minimum Sektoral yang berlaku sesuai kontribusi
              nilai tambah tiap-tiap industri terhadap PDP negara," katanya.

              Kemudian, soal UMK. Dia menilai, UMK bersyarat ini hanya alibi untuk menghilangkan UMK di
              daerah-daer-ah  yang  selama  ini  berlaku.  Sebab,  kewenangan  untuk  itu  ada  di  pemerintah.
              Padahal dalam UU 13 Tahun 2003, UMK langsung ditentukan tanpa syarat.

              "Fakta yang lain, yang diwajibkan untuk ditetapkan adalah upah minimum provinsi (UMP). Ini
              makin menegaskan jika UMK hendak dihilangkan, karena tidaklagi menj adi kewajiban untuk
              ditetapkan," paparnya.

              Kemudian mengenai cuti panjang dan kompensasi. Said mengatakan, di RUU sapu jagat ini tak
              lagi ada kwajiban pengusaha memberikan cuti panjang pada buruh yang sudah bekerja selama
              enam tahun. Padahal, di UU ketenagakerjaan Pasal 79 Ayat (2) huruf d diatur secara tegas,
              bahwa pengusaha harus memberikan hak cuti panjang selama 2 bulan bagi pekerja yang sudah
              enam tahunkerja.

              Dia  pun  memintah,  agar  tak  ada  pemotongan  upah  bagi  pekerja/  biruhyang  cuti  haid  dan
              melahirkan.  Sebab  kalau  upahnya  dipotong,  maka  buruh  akan  cenderung  untuk  tidak
              menghambil cuti. Karena meskipun cuti haid dan melahirkan tetap ada di undang-undang, tetapi
              dalam pelaksanaan di lapangan tidak akan bisa berjalan jika upahnya dipotong

              "Karena pengusaha akanmemaksa secara halus buruh perempuan tidak mengambil cuti haid
              dengan mena-kut-nakuti upahnya akan dipotong," keluhnya.

                                                           440
   436   437   438   439   440   441   442   443   444   445   446