Page 531 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 531

Ketidakjelasan ini semakin menguat lantaran kelompok serikat pekerja yang dibawahinya saat
              ini belum mendapatkan lampiran sah aturan baru tersebut.
              "Cluster ketenagakerjaan  memberikan  ketidakpastian  hukum,  banyak  catatan  dan saya tidak
              hapal  betul  pasal-pasalnya,  karena  sedang  tidak  pegang  dokumennya,"  ujar  Yunus  kepada
              Secara  garis  besar,  KSP  BUMN  disebutnya  sepakat  dengan  kelompok  buruh/pekerja  lainnya,
              bahwa  UU  Cipta  Kerja  bakal  melemahkan  posisi  tenaga  kerja,  dan  justru  memperkuat
              perusahaan pemberi kerja.

              "Intinya, kami sependapat dengan organisasi yamg lain bahwa disahkannya RUU ini menjadi UU
              mengkonfirmasi bahwa demokrasi kita dibangun dari, untuk dan oleh kapitalisme," tegasnya.

              Kepala  Badan  Kebijakan  Fiskal  Kementerian  Keuangan  (Kemenkeu),  Febrio  Nathan  Kacaribu
              menyebut Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja secara keseluruhan didominasi terkait
              dengan masalah perizinan.

              Dengan disahkannya Undang-Undang ini pun pemerintah telah memangkas seluruh perizinan
              untuk membangun usaha.

              "Nah  itu  sebenernya  yang  mendominasi  Omnibus  Law  Cipta  Kerja  ini.  Di  mana  kita
              menyederhanakan proses untuk membangun usaha. Untuk memulai start up," kata dia dalam
              diskusi FMB di Jakarta, Selasa (6/10/2020).

              Pemerintah tak ingin, generasi milenial yang memiliki ide, menghasilkan produk dan membuat
              perusahaan rintisan atau start up, dan membuka lapangan kerja baru bagi orang lain, tetapi sulit
              untuk mengurusi izin.

              "Ini problem pertama dari Omnibus Law Cipta Kerja ini. Bahwa memang karut marut perizinan
              yang harus diluruskan, benerin," kata dia.
              Kemudian di dalam UU Cipta Kerja juga memuat mengenai masalah pajak. Menurutnya masalah
              pajak masoh menjadi sorotan dan paling jelek di mata EODB. Itu tidak terlepas dari sulitnya
              birokrasi yang dilakukan pemerintah.

              "Orang mau bayar pajak kok masih merasa sulit. Itu kan aneh persepsinya. Kita pengennya
              orang-orang  bayar  pajak  sesimpel  mungkin,  sepreditable  mungkin.  Inilah  kemudian  dibuat
              semakin banyak kepastian dalam konteks ini, yang juga di Omnibus Law ini," jelas dia.

              Dwi Aditya Putra  Merdeka.com.


























                                                           530
   526   527   528   529   530   531   532   533   534   535   536