Page 576 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 576

SOAL OMNIBUS LAW, WAGUB SUMUT IMBAU MASYARAKAT TIDAK TERPROVOKASI
              HOAKS
              Masyarakat diimbau agar tidak terprovokasi hoaks terkait Undang-Undang (UU) Cipta Kerja (
              Omnibus Law  ). Diharapkan masyarakat lebih dewasa dalam menanggapi hal-hal yang belum
              tentu kebenarannya.

              Pengesahan Omnibus Law oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada 5
              Oktober  2020  telah  memicu  berbagai  penolakan  hingga  unjuk  rasa  yang  melibatkan  banyak
              massa dan berakhir ricuh.

              Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagub Sumut), Musa Rajekshah, tidak ingin hal tersebut terjadi
              di  Sumut,  terutama  di  masa  pandemi  Covid-19.  Menurutnya,  bila  terjadi  hal-hal  yang  tidak
              dinginkan kerugian ada di masyarakat Sumut sendiri.

              "Saya  harapkan  kepada  para  buruh  dan  pekerja  yang  ada  di  Sumut  tenang  dulu,  lihat
              perkembangan  undang-undang  ini  seperti  apa  penerapannya,  dan  tidak  termakan  isu-isu
              menyesatkan  dan  merugikan,"  kata  Musa  usai  rapat  dengan  Forkopimda  di  Rumah  Dinas
              Gubernur Sumut, Jalan Jenderal Sudirman, Nomor 41, Kota Medan, Rabu (7/10/2020).

              Menurut Musa, salah satu dampak buruk akibat kondisi keamanan yang tidak kondusif adalah
              enggannya investor untuk menanamkan modalnya di Sumut. Padahal,  Omnibus Law  salah satu
              tujuannya untuk menarik investor ke Indonesia, sehingga bisa membuka lapangan kerja.

              "Pekerja  juga  akan  mendapat  kerugian  bila  situasi  tidak  kondusif,  kesulitan  lapangan  kerja
              karena investor enggan masuk ke Indonesia atau Sumut," ucapnya.

              Musa  kembali  mengimbau  seluruh  masyarakat  Sumut  agar  waspada  dan  tidak  terprovokasi
              pihak-pihak tertentu yang ingin mengambil kesempatan di tengah situasi seperti saat ini. Sebab,
              saat  ini sedang dalam  situasi  pandemi  Covid-19  yang  memengaruhi  semua  aspek,  termasuk
              ekonomi.

              "Janganlah di tengah situasi seperti ini, terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan," ujarnya.

              Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Ketenagakerjaan Sumut, Harianto Butarbutar menuturkan,
              menegaskan  sedikitnya  ada  12  hoaks  atau  informasi  bohong  yang  sedang  berkembang  di
              masyarakat terkait  Omnibus Law  .

              "Dibilang pesangon tidak ada, upah diturunkan, ini sudah tidak bernar, tidak ada satupun dari
              12 hoaks itu yang benar," sebut Harianto.

              Dijelaskannya, pesangon tetap dibayar maksimal 25 kali gaji dengan skema pembayaran 19 kali
              oleh perusahaan, 6 kali oleh pemerintah. Masalah pesangon ini diatur pada Pasal 156 UU Cipta
              Kerja.

              Begitu juga dengan Upah Minimum Provinsi (UMP), Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), Upah
              Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/kota (UMSK).

              Pasal 88C ayat 1 UU Cipta Kerja tertulis Gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi dan
              pasal dua menyebutkan Gubernur dapat menetapkan upah minimum kabupaten/kota dengan
              syarat tertentu. Dengan isu upah dihitung perjam, di UU Cipta Kerja tetap menggunakan upah
              minimum.

              Mengenai  hilangnya  hak  cuti,  pada  pasal  79  ayat  (5)  menyebutkan  perusahaan  dapat
              memberikan istirahat panjang yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
              perjanjian  kerja  sama.  Sedangkan  Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  2003  tentang


                                                           575
   571   572   573   574   575   576   577   578   579   580   581