Page 62 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 62

Untuk diketahui, skema penggunaan tenaga kerja baik dengan sistem perjanjian kerja waktu
              tetap  (PKWT)  maupun  mancadaya/alih  daya/outsource  mengalami  perubahan  dari  UU  No.
              13/2003 ke dalam UU Cipta Kerja.



              ATURAN KONTRAK LUWES, HAMBATAN INVESTASI LUDES

              Skema  penggunaan  tenaga  kerja  kontrak  yang  diatur  lebih  fleksibel  dalam  UU  Cipta  Kerja
              digadang-gadang mampu mengurai hambatan investasi di Tanah Air. Dengan catatan, aturan
              pelaksananya adil bagi pekerja maupun pengusaha.

              Untuk diketahui, skema penggunaan tenaga kerja—baik dengan sistem perjanjian kerja waktu
              tetap  (PKWT)  maupun  mancadaya/alih  daya/outsource—mengalami  perubahan  dari  UU  No.
              13/2003 ke dalam UU Cipta Kerja.
              Pasal 59 UU Ketenagakerjaan menyebut PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
              yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu paling lama
              3 tahun. PKWT yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan paling lama 2 tahun
              dan hanya boleh diperpanjang 1 kali, paling lama 1 tahun.

              Dalam  UU  Ciptaker,  ketentuan  PKWT  tidak  lagi  secara  gamblang  menyebut  jangka  waktu
              tersebut. Hal itu sempat menimbulkan tafsir perusahaan akan leluasa mengontrak pekerja tanpa
              kepastian pengangkatan sebagai pekerja tetap.
              Lebih lanjut, UU Ciptaker turut merevisi ketentuan penggunaan tenaga mancadaya. Berbeda
              dengan  aturan  pendahulu  yang  secara  terperinci  menjelaskan  jenis  pekerjaan  yang  bisa
              dialihdayakan, skema baru tak lagi membatasi lingkup kerja yang diperbolehkan untuk tenaga
              outsource.
              Terkait dengan perkembangan itu, Ketua Umum Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI)
              Mira Sonia menjelaskan mulai banyak perusahaan di Tanah Air yang mengalihkan rekrutmen
              mancadaya untuk posisi dengan keterampilan khusus seperti ahli teknologi informasi dan staf
              akuntan.

              Tak  dibatasinya  jenis  pekerjaan  yang  bisa  diserahkan  ke  perusahaan  alih  daya  dinilai  bisa
              membawa keuntungan tersendiri bagi dunia usaha. Sebab, kata Mira, meski penggunaan tenaga
              mancadaya  cenderung  lebih  mahal,  perusahaan  tak  perlu  lagi  dipusingkan  dengan  upaya
              meningkatkan kompetensi karyawan yang bisa beragam jenisnya dalam satu perusahaan.

              “Perusahaan  tentu  akan  lebih  cepat  eksekusinya  dengan  tenaga  alih  daya  daripada  rekrut
              sendiri,” ujar Mira, Kamis (8/10).

              Mira menjelaskan sistem alih daya yang lebih kondusif bakal dipandang atraktif oleh investor.
              Dalam  perkembangannya,  investor biasanya  memperhatikan  iklim outsource  di  suatu  negara
              dalam jangka waktu tertentu.

              “Investor tentu akan melihat kemudahan usaha di suatu tempat. Mereka akan menguji dalam
              bentuk proyek berdurasi 1 sampai 2 tahun. Membangun kompetensi pekerja ini kan tidak instan,
              tetapi kalau mau instan bisa memanfaatkan pekerja di perusahaan outsourcing,” lanjutnya.

              Dalam kaitan itu, Mira tak memungkiri UU Ciptaker memperjelas perlindungan pekerja terkait
              hubungan kerjanya dengan perusahaan mancadaya. Namun, sebutnya, perlindungan ini perlu
              diikuti  dengan  regulasi  turunan  yang  menjamin  perusahaan  alih  daya  memenuhi  standar
              kompetensi usaha.



                                                           61
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67