Page 63 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 63

Mira mengatakan jumlah pekerja alih daya yang terdata dalam Forum Komunikasi Asosiasi Bisnis
              Alih Daya Indonesia (Fadi) saat ini mencapai 3 juta orang yang berada di bawah naungan 3.000
              perusahaan  outsourcing.  Namun,  jumlah  riil pekerja  alih  daya  berpotensi  lebih tinggi  karena
              banyak yang tak terdata.

              Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kadin Indonesia Bob Azam berpendapat dilonggarkannya
              aturan penggunaan tenaga kerja dalam UU Ciptaker membuka peluang terdistribusinya lapangan
              kerja.

              Dengan demikian, aktivitas produksi tidak akan dimonopoli segelintir perusahaan besar yang
              melakukan rekrutmen mandiri.

              Bob menambahkan kehadiran UU Ciptaker bisa membongkar stigma yang kerap melekat pada
              perusahaan outsourcing, seperti upah rendah dan tak terjaminnya perlindungan pekerja. Jenis
              pekerjaan yang kini lebih bervariasi disebutnya juga bisa menambah daya tawar pekerja alih
              daya.
              “Kalau soal kepastian karier, bahkan di perusahaan besar pun tidak ada jaminan perlindungan.
              Justru di UU Cipta Kerja diatur skema perlindungan semisal kontrak habis. Begitu pun dengan
              pekerja dengan PKWT,” kata Bob.

              Sementara  itu,  Sekjen  Organisasi  Pekerja  Seluruh  Indonesia  Timboel  Siregar  menilai  apabila
              pemerintah  bertujuan  membuat  aturan  penggunaan  tenaga  kerja  yang  fleksibel,  maka  perlu
              dipastikan juga jaminan kerja serta upah minimum bagi para pekerja PKWT dan alih daya.

              Untuk  itu,  dia  menyarankan  agar  skema  PKWT  dan  mancadaya  harus  disokong  dengan
              aturanaturan teknis yang memuat khusus tentang pengawasan.

              Tanpa pengawasan, menurutnya, tidak akan ada garansi pekerja PKWT dan tenaga mancadaya
              bisa mendapatkan upah minimum dan jaminan sosial.

              “Persoalannya  sederhana,  mau  tidak  pemerintah  mengubah  wajah  hubungan  industrial  di
              Indonesia menjadi lebih baik? Kalau hubungan industrial diposisikan dalam skema konflik, maka
              masalahnya tidak akan selesai. Tentu itu sangat berpengaruh terhadap minat investasi,” ujar
              Timboel.

              RAMPUNG OKTOBER

              Di tempat terpisah, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan 3—5 aturan turunan
              UU Ciptaker klaster ketenagakerjaan dalam bentuk peraturan pemerintah (PP) bakal diselesaikan
              akhir Oktober.

              Khusus aturan teknis soal penggunaan tenaga kerja, Ida menegaskan ke depannya perusahaan
              mancadaya wajib berbadan hukum dan memenuhi syarat perizinan berusaha yang diterbitkan
              pemerintah pusat. Dengan demikian, perlindungan pekerja diharapkan menjadi lebih terjamin.

              “Jadi  nantinya  perusahaan  alih  daya  tidak  dengan  gampang  melakukan  rekrutmen,  baik
              bentuknya PKWT maupun PKWTT [Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu]. Ini hal baru yang
              saya kira memberi kepastian perlindungan.”

              Selanjutnya,  diatur  pula  jaminan  hak-hak  pekerja  jika  terjadi  pengalihan  pekerjaan  dari
              perusahaan alih daya. Ida mengatakan pengalihan hak-hak pekerja harus dipersyaratkan dalam
              perjanjian kerja dan masa kerja pekerja tetap dihitung.

              Ida pun kembali menekankan revisi UU Ketenagakerjaan dilakukan sebagai respons menghadapi
              dinamika  global  yang  kian  dinamis.  “[Tujuan]  yang  kita  inginkan  adalah  perubahan  struktur


                                                           62
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68