Page 24 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 DESEMBER 2020
P. 24
GARA-GARA COVID-19, UPAH MENURUN DAN TUMBUH MELAMBAT
Sebuah laporan terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia ( ILO ) menemukan bahwa upah
mengalami penurunan atau tumbuh lebih lambat pada enam bulan pertama tahun 2020, akibat
pandemi COVID-19, di dua pertiga negara dengan ketersediaan data resmi. Krisis ini akan
menimbulkan penurunan upah yang masif dalam waktu dekat. Upah perempuan dan pekerja
berpenghasilan rendah secara disproporsional terdampak oleh krisis. Terlebih lagi, kendati
rata-rata upah di sepertiga negara yang memberikan datanya meningkat, ini banyak
disebabkan besarnya jumlah pekerja berpenghasilan rendah yang kehilangan pekerjaan.
Dengan demikian, upah rata-rata meningkat karena para pekerja ini tidak lagi dimasukkan
dalam data penerima upah.
Di negara-negara yang menerapkan langkah tegas untuk mempertahankan pekerjaan, efek krisis
sangat terasa pada pengurangan gaji ketimbang kehilangan pekerjaan yang masif. Laporan Upah
Global 2020/2021 menunjukkan bahwa tidak semua pekerja terdampak sama oleh krisis.
Dampak kepada perempuan lebih parah dibandingkan laki-laki. Perkiraan berdasarkan sampel
28 negara Eropa menemukan bahwa tanpa subsidi upah, perempuan kehilangan 8,1 persen gaji
mereka di kuartal kedua 2020, dibandingkan dengan 5,4 persen untuk laki-laki. Krisis ini juga
telah memberi dampak yang parah pada pekerja dengan upah rendah. Pekerjaan dengan
keterampilan rendah kehilangan jam kerja lebih banyak daripada pekerjaan manajerial yang
bergaji lebih tinggi. Dengan menggunakan data dari 28 negara Eropa, laporan ini menunjukkan
bahwa, tanpa subsidi sementara, 50 persen pekerja dengan bayaran terendah kehilangan sekitar
17,3 persen gaji mereka. Tanpa subsidi, rata-rata jumlah gaji yang hilang dari seluruh kelompok
pekerja sebesar 6,5 persen. Namun, subsidi gaji mengompensasnsi 40 persen dari jumlah ini.
"Pertumbuhan yang tidak setara akibat krisis COVID-19 akan mewariskan kemiskinan dan
ketidakstabilan sosial dan ekonomi yang akan menghancurkan," kata Guy Ryder, Direktur
Jenderal ILO. "Strategi pemulihan kita harus berfokus pada manusia. Kita memerlukan kebijakan-
kebijakan pengupahan yang memadai yang memperhitungkan keberlanjutan pekerjaan dan
bisnis, dan juga mengatasi ketidaksetaraan dan kebutuhan untuk mempertahankan permintaan.
Jika kita ingin membangun masa depan yang lebih baik, kita harus siap menjawab pertanyaan-
pertanyaan seputar mengapa pekerjaan dengan nilai sosial tinggi seperti perawat dan guru
sering dikaitkan dengan pekerjaan berbayaran rendah." Laporan ini juga memaparkan analisis
mengenai sistem pengupahan minimum yang bisa memainkan peran penting dalam proses
pemulihan yang berkelanjutan dan setara. Kebijakan upah minimum saat ini terdapat di sekitar
90 persen Negara Anggota ILO. Namun, bahkan sebelum kejadian pandemi COVID-19, laporan
ini menemukan bahwa, secara global, 266 jutaorang - 15 persen dari seluruh penerima upah di
dunia - menghasilkan lebih rendah dibandingkan upah minimum per jam karena masalah
kepatuhan ataupun secara legal mereka dikecualikan dari skema semacam ini. Perempuan paling
banyak terwakili dalam kelompok pekerja dengan upah minimum atau lebih rendah.
"Upah minimum yang memadai dapat melindungi pekerja dari upah rendah dan mengurangi
ketidaksetaraan," ungkap Rosalia Vazquez-Alvarez, salah satu penulis laporan ini. "Namun, untuk
memastikan bahwa kebijakan upah minimum efektif diperlukan paket kebijakan yang
komprehensif dan inklusif. Ini berarti menciptakan kepatuhan yang lebih baik, memperluas
cakupan ke lebih banyak pekerja, dan mengatur upah minimum di tingkat yang memadai
danterbarukan yang memungkinkan pekerja membangun kehidupan lebih baik untuk dirinya
sendiri dan keluarganya. Di negara berkembang dan menuju maju, tingkat kepatuhan yang lebih
baik akan mengharuskan pekerja beralih dari pekerjaan informal ke sektor formal." Laporan Upah
Global 2020/2021 juga melihat tren upah di 136 negara dalam empat tahun sebelum pandemi.
Ditemukan bahwa kenaikan upah global real berfluktuasi antara 1,6 dan 2,2 persen. Upah riil
naik paling pesat di Asia Pasifik dan Eropa Timur dan paling lambat di Amerika Utara, dan Eropa
bagian utara, selatan dan barat.
23