Page 478 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 AGUSTUS 2020
P. 478

Judul               Jongkok, Amblas, Remuk: Nasib Upah Pekerja di Bawah Omnibus Law
                Nama Media          tirto.id
                Newstrend           Omnibus Law
                Halaman/URL         https://tirto.id/jongkok-amblas-remuk-nasib-upah-pekerja-di-bawah-
                                    omnibus-law-fYLJ
                Jurnalis            Louis Lugas Wicaksono
                Tanggal             2020-08-19 10:00:00
                Ukuran              0
                Warna               Warna
                AD Value            Rp 17.500.000
                News Value          Rp 52.500.000
                Kategori            Dirjen PHI & Jamsos
                Layanan             Korporasi
                Sentimen            Negatif



              Ringkasan

              Omnibus  Law  Cipta  Kerja  akan  disahkan  di  tengah  pandemi  COVID-19  ketika  banyak  orang
              kehilangan pekerjaan.

              Jumat  pekan  lalu,    Menteri  Koordinator  Perekonomian  Airlangga  Hartarto    mengklaim
              pembahasan Omnibus Law RUU Cipta Kerja sudah sampai 75 persen. Pernyataan ini diamini oleh
              Hendrawan Supratikno, Ketua Badan Legislasi DPR dari Fraksi PDIP, yang menambahkan regulasi
              sapu jagat ini bisa disahkan sebelum reses pada Oktober mendatang.


              JONGKOK, AMBLAS, REMUK: NASIB UPAH PEKERJA DI BAWAH OMNIBUS LAW

              Omnibus  Law  Cipta  Kerja  akan  disahkan  di  tengah  pandemi  COVID-19  ketika  banyak  orang
              kehilangan pekerjaan.

              Jumat  pekan  lalu,    Menteri  Koordinator  Perekonomian  Airlangga  Hartarto    mengklaim
              pembahasan Omnibus Law RUU Cipta Kerja sudah sampai 75 persen. Pernyataan ini diamini oleh
              Hendrawan Supratikno, Ketua Badan Legislasi DPR dari Fraksi PDIP, yang menambahkan regulasi
              sapu jagat ini bisa disahkan sebelum reses pada Oktober mendatang.

              Sejak  diajukan  oleh  pemerintahan  Joko  Widodo  pada  7  Februari  2020,  dan  berubah-ubah
              namanya  seiring  protes  publik,  RUU  Cipta  Kerja  menuai  pro-kontra.  Para  pendengung  alias
              buzzer    mempromosikannya  ke  seluruh  kanal  media  sosial.  Sebaliknya,  kelompok-kelompok
              masyarakat sipil pro demokrasi gencar mengkritiknya, termasuk pada 14 Agustus kemarin saat
              pidato tahunan Presiden Jokowi di DPR. Salah satu tumpuan gelombang protes terhadap RUU
              Cipta Kerja adalah klaster ketenagakerjaan.

              DPR Ingkar Janji & Tetap Bahas Omnibus Law RUU Cilaka Saat Reses  RUU Cipta Kerja
              akan mengatur tiga jenis upah minimum, yaitu upah minimum provinsi, upah minimum padat
              karya, dan upah minimum usaha mikro kecil menengah. Peraturan mengenai upah minimum
              provinsi dibahas pada pasal 88C, dan akan menghapus upah minimum kabupaten/kota (tertuang
              dalam  Pasal 89 UU ketenagakerjaan  ).


                                                           477
   473   474   475   476   477   478   479   480   481   482   483