Page 164 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 NOVEMBER 2020
P. 164

Kendati pembahasan masih berlangsung dan belum final, namun Bibit berharap aturan turunan
              terkait pengupahan dari UU Cipta Kerja ini bisa rampung sebelum akhir tahun. Tujuannya agar
              bisa segera memberi kepastian hukum pada tahun depan.

              Sementara kalangan pengusaha sebelumnya menyatakan sudah memberikan masukan terkait
              RPP Pengupahan dan aturan turunan lain di pembahasan. Hal ini dibenarkan oleh Bibit, namun
              belum final juga karena ada beberapa keinginan yang belum tercapai.

              "Misalnya pengusaha menyampaikan keberatannya di RPP terkait PKWT, pengusaha inginnya
              tidak ada batas waktu perjanjian kerja waktu tertentu, tapi pemerintah berikan waktu, jadi belum
              final.  Karena  masih  dibahas,  ini  belum  bisa  disimpulkan,  nanti  konklusinya  di  pemerintah,"
              terangnya.

              Di sisi lain, ia mengatakan kehadiran serikatnya dalam pembahasan RPP Pengupahan dan aturan
              turunan  lain  sebenarnya  tetap  akan  berusaha  untuk  mengakomodir  masukan-masukan  dari
              serikat buruh lain yang menolak ikut dalam pembahasan. Hanya saja, ia tidak bisa menjamin
              bahwa hasil akhirnya akan memuaskan semua serikat buruh.


              "Kami tidak bisa mengakomodir 100 persen, tapi kan yang tidak ambil bagian juga lakukan JR
              (judicial review), jadi ini pararel saja, meski disayangkan jalannya beda, ada yang ikut bahas,
              ada yang tidak," tuturnya.


              Sementara  serikat  buruh  lain,  Asosiasi  Serikat  Pekerja  (Aspek)  Indonesia  mengaku  tak  tahu
              menahu seperti apa perkembangan pembahasan RPP Pengupahan dan aturan turunan lain dari
              UU  Cipta  Kerja  saat  ini.  Sebab,  mereka  menolak  ikut  pembahasan  karena  menentang
              pengesahan UU Cipta Kerja.


              "Organisasi kami sejak awal tidak setuju terkait UU Cipta Kerja, jadi semua aturan turunannya
              pun  kami  tidak  setuju  dan  menolak  ikut,  kami  pilih  jalur  JR  ke  Mahkamah  Konstitusi,"  kata
              Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat.

              Selain  itu,  Mirah  bilang Kementerian  Ketenagakerjaan  pun  tidak  berusaha  merangkul  serikat
              buruh yang menolak ikut pembahasan demi mengakomodir masukan dari para buruh. Hanya
              saja, ia mendengar pembahasan berbagai aturan turunan masih alot.

              "Yang saya dengar masih alot, belum ada titik temu," imbuhnya.


              Sementara  Anggota  Dewan  Pengupahan  Nasional  (Depenas)  dari  perwakilan  serikat  buruh,
              Sunardi mengatakan dewan tidak ikut dalam pembahasan. Biasanya dewan hanya memberikan
              masukan, namun tidak menjadi tim inti sehingga ia tidak tahu menahu mengenai perkembangan
              dari pembahasan RPP Pengupahan saat ini.


              "Tapi kalau tidak salah dengar, tanggal 13 November besok mau difinalkan untuk dibawa ke
              Kemenko Perekonomian, mungkin nanti Kemenko lanjutkan ke presiden," tutur Sunardi.

              Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pengupahan Nasional (Depenas) RI dari unsur DPN APINDO
              Adi Mahfudz Wuhadji menyebutkan pembahasan tingkat tripartit antara pemerintah, pengusaha,
              dan  buruh  telah  dirampungkan  dan  saat  ini  tengah  menunggu  keputusan  pemerintah.
              Pembahasan  itu  mencakup  RPP  tentang  Pengupahan,  Tenaga  Kerja  Asing,  Penyelenggaraan
              Ketenagakerjaan, dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

                                                           163
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169