Page 22 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 NOVEMBER 2020
P. 22

Kendati pembahasan masih berlangsung dan belum final, namun Bibit berharap aturan turunan
              terkait pengupahan dari UU Cipta Kerja ini bisa rampung sebelum akhir tahun. Tujuannya agar
              bisa segera memberi kepastian hukum pada tahun depan.

              Masukan Pengusaha

              Sementara  itu,  kalangan  pengusaha  sebelumnya  menyatakan  sudah  memberikan  masukan
              terkait RPP Pengupahan dan aturan turunan lain di pembahasan. Hal ini dibenarkan oleh Bibit,
              namun belum final juga karena ada beberapa keinginan yang belum tercapai.

              "Misalnya pengusaha menyampaikan keberatannya di RPP terkait PKWT, pengusaha inginnya
              tidak ada batas waktu perjanjian kerja waktu tertentu, tapi pemerintah berikan waktu, jadi belum
              final.  Karena  masih  dibahas,  mi  belum  bisa  disimpulkan,  nanti  konklusinya  di  pemerintah,"
              ujarnya seperti dikutip CNNlndonesia.com.

              Di sisi lain, menurut dia, kehadiran serikatnya dalam pembahasan RPP Pengupahan dan aturan
              turunan  lain  sebenarnya  tetap  akan  berusaha  untuk  mengakomodir  masukan-masukan  dari
              serikat buruh lain yang menolak ikut dalam pembahasan. Hanya saja, ia tidak bisa, menjamin
              bahwa hasil akhirnya akan memuaskan semua serikat buruh.

              "Kami tidak bisa mengakomodir 100 persen, tapi kan yang tidak ambil bagian juga lakukan JR
              (judicial review), jadi ini pararel saja, meski disayangkan jalannya beda, ada yang ikut bahas,
              ada yang tidak," tutur dia.

              Tidak hanya itu. Serikat buruh lain, Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia mengaku tak tahu
              menahu seperti apa perkembangan pembahasan RPP Pengupahan dan aturan turunan lain dari
              UU  Cipta  Kerja  saat  ini.  Sebab,  mereka  menolak  ikut  pembahasan  karena  menentang
              pengesahan UU Cipta Kerja.

              "Organisasi kami sejak awal tidak setuju terkait UU Cipta Kerja, jadi semua aturan turunannya
              pun  kami  tidak  setuju  dan  menolak  ikut,  kami  pilih  jalur  JR  ke  Mahkamah  Konstitusi,"  kata
              Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat.

              Selain  itu,  Mirah  mengatakan  Kementerian  Ketenagakerjaan  pun  tidak  berusaha  merangkul
              serikat buruh yang menolak ikut pembahasan demi mengakomodir masukan dari para buruh.
              Hanya saja, ia mendengar pembahasan berbagai aturan turunan masih alot. "Yang saya dengar
              masih alot, belum ada titik temu," ujarnya.

              Mirah mengatakan sejak awal Aspek sudah tak setuju dengan keberadaan uu sapu jagat, karena
              itu pihaknya tak akan ambil kue dalam seluruh hal yang berkaitan dengan UU Ciptaker, termasuk
              penyusunan aturan turunannya. "Dari awal organisasi saya tidak setuju tentang keberadaan UU
              Omnibus Law Ciptaker. Atas hal tersebut maka kami tidak masuk ke semua hal yang terkait
              dengan pembahasan RPP-nya," ujarnya.

              Sementara itu, Anggota Dewan Pengupahan Nasional (Depenas) dari perwakilan serikat buruh,
              Sunardi mengatakan dewan tidak ikut dalam pembahasan. Biasanya dewan hanya memberikan
              masukan, namun tidak menjadi tim inti sehingga ia tidak tahu menahu mengenai perkembangan
              dari pembahasan RPP Pengupahan saat ini. "Tapi kalau tidak salah dengar, tanggal 13 November
              besok  mau  difinalkan  untuk  dibawa  ke  Kemenko  Perekonomian,  mungkin  nanti  Kemenko
              lanjutkan ke presiden," ujarnya

              Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pengupahan Nasional (Depenas) RI dari unsur DPN Apindo Adi
              Mahfudz Wuhadji menyebutkan pembahasan tingkat tripartit antara pemerintah, pengusaha, dan
              buruh telah dirampungkan dan saat ini tengah menunggu keputusan pemerintah. Pembahasan
              itu mencakup RPP tentang Pengupahan, Tenaga Kerja Asing, Penyelenggaraan Ketenagakerjaan,
              dan  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan.  "RPP  tersebut  sudah  dibahas  di  tingkat  tripartit  yakni
                                                           21
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27