Page 247 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 MEI 2021
P. 247

OMBUDSMAN RI AWASI POTENSI MALADMINISTRASI PEMBAYARAN THR

              OMBUDSMAN RI menilai ada potensi maladministrasi dalam pembayaran Tunjangan Hari Raya
              (THR) kepada buruh dan karyawan pada 2021, jika pengawasan ketat tidak dilakukan. Hal itu
              disampaikan anggota Ombudsman RI, Robert Na Endi Jaweng, dalam konferensi pers virtual,
              Rabu (5/5). Robert menyebut hal itu terkait adanya multitafsir dari Surat Edaran Menteri Tenaga
              Kerja tentang pembayaran THR.

              "Isi SE multitafsir di lapangan. Di satu sisi ada ketegasan, perusahaan wajib membayarkan THR
              paling  lambat  7  hari  sebelum  hari  raya,  hitungannya  mulai  besok.  Kita  lihat  apakah  pihak
              perusahaan apakah tepat waktu," ujar Robert.

              dan Gaji Ke-13 untuk ASN "Ombudsman melihat ada tiga kemungkinan, yaitu perusahaan yang
              patuh,  paling  lambat  H-7  (sebelum  lebaran).  Kemungkinan  yang  kedua  adalah  kelompok
              perusahaan  yang  membayar  H-7  hingga  H-1  (sebelum  lebaran).  Kemungkinan  yang  ketiga
              perusahaan yang belum tentu bisa membayar setelah lebaran. Kemungkinan ketiga ini yang
              penting  mendapatkan  pengawasan  dan  pencermatan,  untuk  memastikan  perusahaan  tidak
              secara sepihak membuat keputusan", ungkap anggota Ombudsman periode 2021-2026 itu.

              Untuk  itu  Ombudsman  Republik  Indonesia  (ORI)  mendorong  Dinas  Tenaga  Kerja  di  tingkat
              provinsi untuk menjalankan fungsi pengawasan terkait pembayaran THR di 34 provinsi.

              "Permintaan di SE itu, perusahaan harus melakukan dialog, dan kemudian hasil dialog itu dengan
              pihak  buruh/pekerja,  harus  berlangsung  secara  terbuka,  egaliter,  tidak  ada  proses  tekan-
              menekan. Saya mendorong Dinas Tenaga Kerja di Provinsi jalankan fungsi pengawasan harus
              mengetahui, memantau proses dialog yang berlangsung, tidak ada upaya yang tidak diinginkan.
              Hasil  dialog  harus  dituangkan  dalam  kesepakatan  bersama,  dengan  skema  pembayaran  dan
              batas waktu,"papar mantan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
              (KPPOD) itu.

              Selain itu, bagi perusahaan yang hingga hari raya tidak mampu membayar THR hingga hari raya,
              diharuskan  untuk  membuka  laporan  keuangan  perusahaan  selama  dua  tahun  ke  belakang,
              secara  transparan.  Selain  pembayaran  THR  tahun  ini,  Ombudsman  berkomitmen  akan
              menindaklanjuti 100 lebih perusahaan yang belum membayar THR secara penuh tahun lalu.

              "Masih ada 100-an perusahaan yang pada 2020 belum melunasi secara penuh, mungkin belum
              membayar apapun kepada buruh. Kita punya 2 pekerjaan, carry over atau lanjutan tahun 2020,
              dan yang kedua tantangan sekarang ini. Kita minta Kementerian Ketenagakerjaan dan Dinas
              Tenaga Kerja di 34 provinsi untuk menyelesaikan masalah ini", pungkas Robert.

              Robert mengingatkan, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2021, bagi perusahaan
              yang tidak bisa membayar THR, akan ada sanksi berupa denda yaitu 5%n dari THR yang belum
              dibayarkan, serta 4 jenis sanksi administratif, yang berujung pembekuan kegiatan usaha.

              Dalam  kesempatan  ini,  Ombudsman  meluncurkan  Respon  Cepat  Ombudsman  (RCO)  di  34
              provinsi, menerima laporan maupun pengaduan terkait pembayaran THR. Robert menambahkan
              pengaduan dapat dilakukan melalui Whatsapp (0811-919-3737) dan e-mail dengan menyertakan
              fotocopy KTP, data relevan, serta kontak pelapor yang bisa dihubungi. (A-1).









                                                           246
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252