Page 21 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JUNI 2021
P. 21

"Akibat itu semua, PRT tak dapat menikmati kondisi kerja yang layak, tereksklusi dari  jaminan
              sosial  , upah rendah, tidak ada batasan jam kerja, mekanisme pengupahan yang tak jelas, tidak
              ada perlindungan K3," kata Theresia, kepada Tempo pada Kamis, 10 Juni 2021.

              Padahal, dari data International Labour Organization (ILO) pada 2015, jumlah PRT di Indonesia
              mencapai  2,4  juta  orang  dan  diperkirakan  terus  tumbuh.  Data  Jala  PRT  pada  2010
              memperkirakan bahwa ada lebih dari 10 juta PRT di Indonesia.

              Theresia  mengatakan  apa  yang  dilakukan  PRT  tak  hanya  berdampak  positif  pada  ekonomi
              mereka saja, namun juga para pemberi kerja. Ironisnya, hal ini diiringi dengan banyak kasus di
              antara para PRT dengan pemberi kerja.

              Koordinator  Nasional  Jaringan  Nasional  Advokasi  Pekerja  Rumah  Tangga  (Jala  PRT),  Lita
              Anggraeni mengatakan RUU ini akan membuat  PRT  diakui sebagai pekerja. Hak-hak dasar dan
              kesejahteraan PRT akan ikut dipertimbangkan dalam RUU ini. "Untuk menjamin perlindungan
              dan meningkatkan kualitas hidup, Pekerja Rumah Tangga berhak atas pendidikan dan pelatihan,"
              kata Lita.

              Berikut tujuh alasan kenapa RUU ini harus segera disahkan

              1. Kategori PRT

              Menurut Lita, keuntungan pertama jika RUU ini disahkan adalah akan penggolongan PRT ke
              dalam dua kelompok. Yakni PRT paruh waktu dan penuh waktu. Karena lingkup kerja PRT yang
              luas, kategorisasi PRT juga bisa didasarkan pada waktu kerja dan beban kerja.

              2. Syarat dan Kondisi Kerja

              RUU PPRT ini nantinya juga akan mengatur perjanjian kerja yang lebih berkekuatan hukum,
              antara pemberi kerja dengan PRT. Mulai dari upah, tunjangan hari raya (THR), waktu kerja,
              istirahat mingguan, cuti, pelatihan, hingga usia kerja akan ikut diatur.

              "Kebanyakan  itu  mereka  kontrak  kerja  langsung  dengan  pemberi  kerja.  Jadi  gak  ada
              standarisasinya," kata Theresia Iswarini dari Komnas Perempuan.

              3. Pendidikan dan Pelatihan bagi PRT

              RUU ini nantinya juga akan mengatur agar PRT mendapat pendidikan dan pelatihan sebelum
              bekerja. Selain pendidikan tentang pekerjaannya, mereka juga akan dididik untuk meningkatkan
              kesadaran dan pengetahuan yang berbasiskan perlindungan.

              Pendidikan  dan  pelatihan  ini  akan  dilakukan  secara  gratis  melalui  Balai  Latihan  Kerja  yang
              difasilitasi oleh Pemerintah. Tiap calon PRT, bisa mengakses fasilitas ini di wilayah asal ataupun
              di wilayah kerja.

              4. Penyelesaian Perselisihan

              Nantinya, akan ada dua opsi dalam penyelesaian perselisihan PRT. Pertama lewat musyawarah,
              dan kedua lewat mediasi. PRT juga akan diperbolehkan untuk bergabung dengan serikat pekerja,
              baik sebagai anggota maupun pengurus.
              5. Pengawasan

              Untuk menjamin perlindungan PRT, nantinya RUU akan mengatur kewenangan dari Dinas atau
              Satuan Kerja Perangkat Daerah di bidang Ketenagakerjaan. Mereka juga akan dibantu oleh pihak
              RT/RW setempat.

                                                           20
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26