Page 24 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JUNI 2021
P. 24

KEMENKO PEREKONOMIAN SEBUT REVISI PP ZAT ADIKTIF TAK URGEN, INDUSTRI
              TEMBAKAU LEBIH PENTING
              JAKARTA -- Pemerintah menilai revisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
              Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan
              tidak mendesak dilakukan.

              Asisten Deputi Pengembangan Industri Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Atong
              Soekirman mengatakan hal ini dikarenakan pemerintah saat ini tengah fokus untuk memulihan
              ekonomi nasional dari dampak Pandemi Covid-19.

              "Jadi  tidak  perlu  revisi  PP109/2012  ini  dilanjutkan,  karena  memang  industri  kita,  khususnya
              industri hasil tembakau (IHT) yang adalah industri padat karya ada beberapa yang menggunakan
              banyak tenaga kerja," katanya melalui siaran pers, Rabu (16/6/2021).

              Apalagi, Atong menambahkan, IHT yang sangat berkaitan dengan PP 109/2012 tersebut tengah
              tertekan  secara  ekonomi  akibat  pandemi  Covid-19.  Maka  jika  aturannya  berubah-ubah  akan
              menyulitkan industri ini bergerak.

              "Karena ada berbagai persepsi tadi, industri revenue, pajak untuk pembangunan, isu kesehatan,
              isu petani tembakau ini, kami di Kemenko Perekonomian tidak memandang ini urgen," paparnya.

              Atong  menekankan,  industri  ini  juga  menyerap  banyak  tenaga  kerja  atau  padat  karya.  Jika
              industri ini tertekan tentu akan berpengaruh juga secara langsung bagi para tenaga kerja yang
              terhubung dengan IHT.

              Melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), Atong menekankan, pemerintah saat ini
              juga  tengah  mendorong  agar  utilisasi  sektor  industri  termasuk  IHT  kembali  mengalami
              peningkatan. Maka peraturan yang sudah ada hanya perlu diterapkan secara baik.
              Atong  mengungkapkan,  pada  dasarnya  inisiasi  adanya  revisi  PP  109/2012  ini  berasal  dari
              Kementerian  Kesehatan  dan  Kementerian  Koordinator  bidang  Pembangunan  Manusia  dan
              Kebudayaan terutama untuk menyinggung isu dari sisi kesehatan.

              Namun,  karena  besarnya  pro  dan  kontra  dari  revisi  aturan  yang  sudah  ketat  itu,  Atong
              menegaskan  perlu  juga  diperhatikan  mengenai  keberlangsungan  usaha  dari  industri-industri
              yang memang menjadi tulang punggung produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

              "Jadi pro dan kontranya cukup tinggi tetapi karena kondisi pandemi dan upaya pemerintah ini
              sedang pemulihan ekonomi nasional kami di Kemenko Ekon memandang masih belum urgen
              untuk merevisi PP109 ini," ujar Atong.

              Sebagai upaya untuk melindungi keberlangsungan usaha IHT, Kemenko Perekonomian sendiri
              telah mencanangkan berbagai program seperti mengembangkan sektor hulu hingga mendorong
              investasi berkualitas.

              Di  luar  itu,  Atong  menegaskan,  karena  sifat  IHT  sangat  diatur  oleh  pemerintah  atau  highly
              regulated  industry,  maka  dikatakannya  juga  ada  berbagai  bentuk  insentif  untuk  mendukung
              beban keuangannya, terutama dalam bentuk insentif fiskal seperti di saat masa krisis Pandemi
              COVID-19.

              Sebelumnya,  Wakil  Menteri  Kesehatan  Dante  Saksono  Harbuwono  berkomitmen  akan
              melanjutkan rencana revisi PP 109/2012 yang sudah lama tertunda. Menurutnya, langkah ini
              merupakan komitmen Kementerian Kesehatan menurunkan prevalensi merokok di Indonesia.



                                                           23
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29