Page 23 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 SEPTEMBER 2020
P. 23

Ringkasan

              Pembahasan omnibus law RUU Cipta Kerja (Ciptaker) yang telah rampung di tingkat panitia Kerja
              (panja) masih menyisakan persoalan. Salah satunya soal pemberian pesangon

              Isu tersebut menjadi salah satu bahasan dalam diskusi Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK)
              dengan perwakilan serikat pekerja dan anggota Panja RUU Ciptaker di DPRkemarin (28/9). Kabar
              yang  berkembang,  pekerja  akan  menerima  pesangon  maksimal  32  kali  gaji.  Namun  tidak
              sepenuhnya tanggung jawab perusahaan.



              PEMERINTAH IKUT TANGGUNG PESANGON PEKERJA

              JAKARTA, Jawa Pos - Pembahasan omnibus law RUU Cipta Kerja (Ciptaker) yang telah rampung
              di  tingkat  panitia  Kerja  (panja)  masih  menyisakan  persoalan.  Salah  satunya  soal  pemberian
              pesangon

              Isu tersebut menjadi salah satu bahasan dalam diskusi Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK)
              dengan perwakilan serikat pekerja dan anggota Panja RUU Ciptaker di DPRkemarin (28/9). Kabar
              yang  berkembang,  pekerja  akan  menerima  pesangon  maksimal  32  kali  gaji.  Namun  tidak
              sepenuhnya tanggung jawab perusahaan.

              Anggota Panja RUU Ciptaker Obon Tabroni membenarkan bahwa aturan itu masuk dalam salah
              satu  pasal  di  RUU.  Namun,  dia  menegaskan,  saat  ini  masih  proses  di  tim  kecil  kendati
              pembahasan  di  tingkat  panja  sudah  selesai.  Dengan  demikian,  masih  ada  kemungkinan
              perubahan klausul untuk memperjelas aturan tersebut.

              Obon mengungkapkan, pesangon maksimal 32 kali gaji itu diatur dengan ada sebagian yang
              ditanggung pemerintah. Tidak sepenuhnya dari perusahaan. "Dari sisi jumlah, apa yang didapat
              buruh tidak jauh berbeda. Maksimal kan 32, tapi dari sisi perusahaan memang turun," paparnya
              dalam forum diskusi tersebut.

              Pemerintah, lanjut Obon, akan membayar selisih dari pesangon yang menjadi hak pekerja itu.
              "Selisihnya di-cover negara lewat ruang fiskal dengan program jaminan kehilangan pekerjaan,"
              terangnya. Namun, untuk sementara, aturan tersebut hanya b erlaku bagi pekerja yang berstatus
              karyawan tetap. Tidak berlaku untuk karyawan tidak tetap.

              Politikus Partai Gerindra itu belum menyebutkan selisih yang harus ditanggung negara. Menurut
              Obon, masih perlu dilakukan sinkronisasi terhadap pasal-pasal lain dalam pembahasan tim kecil.

              Sementaraitu,  peneliti  PSHK  Nur  Solikhin  menyatakan,  ada  persoalan  mendasar  dalam
              pembahasan RUU Ciptaker, yakni pembahasan pasal per pasal yang langsung dilakukan panja.
              Padahal,  menurut  tata  tertib  DPR,  pembahasan  sudah  harus  disepakati  50  persen  dari  70
              anggota alat kelengkapan dewan. Dalam hal ini badan legislasi. Panja hanya tinggal membahas
              hal-hal atau materi yang butuh pendalaman lagi.

              Pembahasan  panja  pun  dia  anggap  mengurangi  partisipasi  masyarakat  karena  rapat  yang
              bersifat tertutup. Berdasar catatan PSHK, itu tidak hanya terjadi pada RUU Ciptaker. Tetapi juga
              pada RUU-RUU lain yang kontroversial seperti RUU KPK tahun lalu.

              Secara  terpisah  Presiden  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (KSPSI)  Said  Iqbal
              mempertanyakan dana yang bakal digunakan pemerintah untuk pembayaran pesangon yang
              disebut-sebut  sebanyak  sembilan  di  antara  total  32  kali  gaji  tersebut.  "Tapi,  tidak  jelas
              anggarannya dari mana. Melalui skema JKP (jaminan kehilangan pekerjaan, Red)?" ujarnya.



                                                           22
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28