Page 45 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 SEPTEMBER 2020
P. 45

Relaksasi  iuran  itu  diatur  dalam  Peraturan  Pemerintah  (PP)  Nomor  49  Tahun  2020  tentang
              Penyesuaian Jaminan Sosial Ketenagakerja an Selama Bencana Non-Alam Penyebaran Covid-19.
              Presiden  Joko  Widodo  menandatanganinya  pada  31  Agustus  2020  dan  diundangkan  pada  1
              September 2020.

              Menteri Ketenagakerja an Ida Fauziyah pada Rabu (9/9/2020) mengatakan, keringanan tersebut
              diberikan untuk membantu perusahaan yang terganggu keuangannya akibat Covid-19. Wacana
              untuk merelaksasi iuran jaminan sosial ketenagakerja an sudah digodok sejak Maret 2020, tetapi
              baru bisa direalisasikan sekarang.

              Diharapkan, arus kas perusahaan dapat terbantu dan
              tidak perlu ada pemutusan hubungan (PHK) karyawan lagi di tengah pandemi Co-vid-19. "Ini
              salah satu bentuk upaya agar perusahaan tidak melakukan PHK. Supaya perusahaan masih ada
              uang untuk berproduksi dan mempekerjakan karyawannya," kata Ida seusai acara Peluncuran
              dan Sosialisasi PP No 49/2020 secara virtual di Jakarta.
              Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, hingga Agustus 2020, jumlah pekerja yang ter-dampak
              Covid-19  sebanyak  2,14  juta  orang.  Pekerja    formal  yang  di-PHK  383.645  orang,  yang
              dirumahkan 1,13 juta orang, dan pekerja informal dan usaha mikro/kecil yang pemasukannya
              terdampak 630.905 orang. Versi lain dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, per Juni
              2020, sebanyak 6,4 juta pekerja di-PHK dan dirumahkan akibat pandemi.

              PP No 49/2020 mengatur, keringanan iuran diberikan kepada perusahaan pemberi kerja, peserta
              penerima upah, dan peserta bukan penerima upah dengan masa berlaku selama enam bulan
              dari Agustus 2020 sampai Januari 2021.

              Bentuknya berupa pelonggaran batas waktu pembayaran iuran, potongan atau diskon iuran,
              penundaan pembayaran iuran, dan keringanan denda keterlambatan.

              Wakil Ketua Komite Ketenagakerja an dan Jaminan Sosial Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
              Dipa Susila berpendapat, relaksasi itu menjadi angin segar bagi perusahaan. Namun, ia berharap
              ada  stimulus  lain  yang  mengiringi.  "Tentu  harapannya  PHK  bisa  terhindar  dan  mengurangi
              pengangguran. Tapi, mungkin ada relaksasi lain yang bisa lebih mengurangi beban perusahaan,"
              ujarnya.

              Koordinator  Advokasi  BPJS  Watch  Timboel  Siregar  mengatakan,  pada  prinsipnya  pemberian
              relaksasi  ini  dapat  membantu  arus  kas  perusahaan.  Karena  itu,  kalangan  pengusaha  patut
              mengapresiasi adanya PP No 49/2020.

              "Memang, sebenarnya yang mampu mengerem angka PHK adalah stimulus pinjaman lunas ke
              perusahaan,  seperti  modal  kerja.  Tetapi,  diskon  seperti  ini  akan  membantu  arus  kas  juga,"
              ujarnya.

              (AGE)
















                                                           44
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50