Page 144 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 DESEMBER 2020
P. 144

Piter  juga  menjelaskan,  dalam  UU  Cipta  Kerja,  pesangon  pekerja  yang  kena  PHK  memang
              dikurangi, tapi tidak merugikan bagi pekerja. Kenapa tidak merugikan? karena dibalik penurunan
              ini, ada kepastian bahwa itu akan terbayarkan. Menurutnya, mana yang lebih menguntungkan,
              dikasih iming-iming pesangon 32 kali tapi tidak bibayar atau pesangon 25 kali tapi pasti terbayar.

              "Saya pasti milih yang 25 kali," tegasnya.

              Kenapa ini pasti akan dibayar, tegas Piter, karena klausulnya tidak lagi menjadi perdata, tapi
              pidana. Artinya, kalau perusahaan tidak membayar pesangon maka dia terkena kasus pidana
              dan bisa dipidanakan. Dia juga menjelaskan perbedaan antara perdata dan pidana. Menurutnya,
              kalau perdata persoalannya bisa panjang dan bebannya ada di pekerja. Kalau perusahaannya
              tetap tidak bersedia membayar, maka pihak pekerja harus menuntut dan biayanya ada pada
              pihak penuntut.

              "Tapi kalau itu pidana, maka pengusaha berhadapan  dengan negara. Artinya, negara ada di
              depan  para  pekerja,  melindungi  pekerja,  berhadapan  dengan  para  pengusaha.  Bagaimana
              mungkin kita mengatakan pemerintah tidak berpihak pada pekerja, ini kan jelas-jelas negara
              berpihak  kepada  pekerja.  Dalam  hal  pesangon  jumlahnya  memang  turun  tapi  diberikan
              kepastian," jelasnya.

              UU Cipta Kerja juga melindungi pekerja dalam konteks PHK. Dalam Pasal 151 UU Cipta Kerja
              disebutkan, perusahaan pekerja, serikat pekerja, dan pemerintah harus mengupayakan tidak
              terjadi PHK. Dana kalaupun terjadi PHK dan pekerja menolak, maka harus dilakukan perundingan
              bipartit.  Jika  belum  mencapai  kesepakatan  maka  harus  dilakukan  dengan  penyelesaikan
              perselisihan  hubungan  industri.  Artinya,  Ini  jelas  sekali  tidak  ada  ruang  pengusaha  untuk
              melakukan tindakan sewenang-wenang kepada pekerja.

              Dalam Pasal 153 disebutkan bahwa perusahaan dilarang melakukan PHK karena pekerja sakit
              selama  tidak  lebih  12  bulan,  menjalankan  ibadah,  menikah,  hamil,  melahirkan  atau  gugur
              kandungan, dan beberapa hal lainnya. Ini merupakan bukti jika pemerintah melindungi pekerja.

              "UU Ciptaker adalah UU yang sangat baik. UU ini memang belum sempurna tapi pemerintah
              sudah  memberikan  kesempatan  untuk  memberikan  masukan.  Masih  ada  proses  yang  masih
              berjalan, pembahasan turunan UU," pungkasnya.


































                                                           143
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149