Page 12 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JANUARI 2020
P. 12

Title            ALASAN SERIKAT PEKERJA TOLAK OMNIBUS LAW CIPTA LAPANGAN KERJA

               Media Name       Ekonomi Neraca
               Page/URL         6

               Journalist       NERACA

               Article Type     News

               Pub. Date        2020-01-21
               Newstrend        OMNIBUS LAW

               Size/Color       488 / Black/White

               Category &
               Sentiment        Corporate / Dirjen PHI & Jamsos / Negative

               Summary

               Ketua  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  mengatakan  terdapat  enam  alasan
               mengapa  kaum  buruh  atau  pekerja  menolak  Omnibus  Law  Cipta  Lapangan  Kerja  yang  disusun
               pemerintah. "Pertama dalam Omnibus Law tersebut mengisyaratkan akan menghapus sistem upah
               minimum," kata dia saat aksi unjuk rasa di depan Gedung MPR, DPR dan DPD RI di Jakarta, Senin
               (20/1).    Ia  mengatakan  penerapan  upah  per  jam  tersebut  akan  mengakibatkan  upah  minimum
               terdegradasi bahkan hilang.

               Quote

               Tentunya hal itu merugikan kaum buruh dan pekerja di Tanah Air. Oleh karena itu kami menolak,
               karena ini akan menghapuskan upah minimum, membuat buruh kembali menjadi absolut miskin,

               -- Said Iqbal, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia ( KSPI)
               ALASAN SERIKAT PEKERJA TOLAK OMNIBUS LAW CIPTA LAPANGAN KERJA

               Ketua  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  mengatakan  terdapat  enam  alasan
               mengapa  kaum  buruh  atau  pekerja  menolak  Omnibus  Law  Cipta  Lapangan  Kerja  yang  disusun
               pemerintah. "Pertama dalam Omnibus Law tersebut mengisyaratkan akan menghapus sistem upah
               minimum," kata dia saat aksi unjuk rasa di depan Gedung MPR, DPR dan DPD RI di Jakarta, Senin
               (20/1).

               Ia mengatakan penerapan upah per jam tersebut akan mengakibatkan upah minimum terdegradasi
               bahkan hilang.

               "Tentunya hal itu merugikan kaum buruh dan pekerja di Tanah Air. Oleh karena itu kami menolak,
               karena ini akan menghapuskan upah minimum, membuat buruh kembali menjadi absolut miskin," ujar
               dia.
               Selanjutnya,  RUU  tersebut  dinilai  akan  mengakibatkan  hilangnya  pesangon.  Walaupun  Menko
               Perekonomian, Menteri Perindustrian dan Menteri Ketenagakerjaan mengatakan pesangon tetap ada,
               namun  diberikan  "on  the  top"  yaitu  disebut  dengan  tunjangan  pemutusn  hubungan  kerja  (PHK)
               sebesar enam bulan upah.
   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16   17