Page 19 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 AGUSTUS 2020
P. 19

SOROTI 10 MASALAH, KOMNAS HAM MINTA RUU CIPTAKER DISETOP

              Jakarta -  Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (  Komnas HAM  ) merekomendasikan Presiden
              dan DPR untuk menghentikan pembahasan Rancangan Undang-undang  Omnibus Law  Cipta
              Kerja (  RUU Ciptaker  ). Pasalnya, diduga ada pelanggaran prosedur dan prinsip hukum serta
              berpotensi melanggar hak.

              "Kami merekomendasikan kepada Presiden dan DPR agar tidak melanjutkan pembahasan RUU
              Cipta Kerja dalam rangka penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia," kata
              Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik dalam konferensi video, Kamis (13/8).

              Berdasar hasil kajian yang dilakukan Komnas HAM, ada 10 poin yang menjadi sorotan terkait
              RUU Ciptaker.

              Pertama, terkait dengan prosedur perencanaan dan pembentukan RUU Cipta Kerja tidak sejalan
              dengan  mekanisme  yang  telah  diatur  dalam  Pasal  5  huruf  g  UU  No.12  Tahun  2011,  yang
              menjamin hak untuk berpartisipasi dan asas keterbukaan yang menjadi elemen fundamental
              dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

              "Prinsip partisipasi, keterbukaan, jadi ada kesan dalam situasi pandemi Covid-19 ini, orang semua
              lagi fokus mengatasi kesehatan, ekonomi, ini dikejar supaya cepat selesai. Maka banyak protes
              dari masyarakat," kata dia   Kedua, Komnas HAM menyoroti Pasal 170 ayat 1 dan 2 RUU Cipta
              Kerja. Menurut Komnas HAM, terdapat penyimpangan asas hukum  lex superior derogat legi
              inferior  dalam pasal itu.

              "Di  mana  ada  ketentuan  di  situ  Peraturan  Pemerintah  dapat  mengubah  peraturan  setingkat
              undang-undang jika muatan materinya tidak selaras dengan kepentingan strategis RUU Cipta
              Kerja," kata dia.

              Selanjutnya, Komnas HAM menilai RUU Cipta Kerja akan membutuhkan sekitar 516 peraturan
              pelaksana  yang  bertumpu  pada  kekuasaan  dan  kewenangan  lembaga  eksekutif.  Hal  ini,
              berpotensi memicu terjadinya penyalahgunaan wewenang (  abuse of power  ).

              RUU ini, menurut Komnas HAM juga berpotensi membuat terjadinya pemunduran atas kewajiban
              negara memenuhi hak pekerjaan dan penghidupan yang layak.

              Hal ini diantaranya terkait dengan politik hubungan kerja yang membuka seluas-luasnya praktik
              perjanjian  kerja  waktu  tertentu  (PKWT)/kontrak;  kemudahan  dalam  proses  PHK;  penurunan
              standar  kelayakan  dan  kondisi  kerja  yang  adil terkait  dengan  upah,  cuti  dan  istirahat;  serta
              pemunduran dalam perlindungan hak untuk berserikat dan berorganisasi.

              "Tentu saja berdampak pada isu dan hak-hak buruh, ini sudah kita dengarkan banyak kritik dari
              organisasi buruh," kata dia.
              Poin  berikutnya,  RUU  ini  dikhawatirkan  membuat  pelemahan  atas  kewajiban  negara  untuk
              melindungi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

              "Jadi dia akan berdampak pada isu lingkungan hidup, berkaitan dengan AMDAL misalnya," ujar
              dia.

              Selain itu, menurut Komnas HAM, RUU ini akan berdampak pada relaksasi atas tata ruang dan
              wilayah.

              Poin ke delapan, Komnas HAM melihat RUU Ciptaker juga akan menjadi suatu pemunduran atas
              upaya menghormati, melindungi, dan memenuhi hak atas kepemilikan tanah.



                                                           18
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24