Page 23 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 AGUSTUS 2020
P. 23

Para  pekerja  berharap  penyaluran  bantuan  ini  bisa  tepat  sasaran.  Presiden  Asosiasi  Pekerja
              (Aspek)  Indonesia  Mirah  Sumirat  mengatakan  seharusnya  pemerintah  menyiapkan  alternatif
              pendataan lain agar lebih tepat sasaran. Misalnya, pemerintah bisa melibatkan serikat pekerja
              untuk melakukan pendataan.

              "Solusinya, pemerintah harus melibatkan serikat pekerja baik di tingkat perusahaan maupun di
              tingkat federasi atau konfederasi, untuk melakukan pendataan pekerja, termasuk melibatkan
              Dinas Tenaga Kerja di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota," ujarnya saat dihubungi Okezone,
              Kamis (13/8).

              Selain  itu,  serikat  pekerja  berharap  pemerintah  juga  mengumpulkan  data  lewat  Badan
              Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Ini dinilai penting khususnya bagi pekerja yang
              masuk dalam kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI). "Solusi lain untuk pendataan pekerja calon
              penerima BLT juga bisa diambil dari data peserta BPJS Kesehatan," jelasnya.

              Menurut  Mirah,  agar  bantuan  tersebut  bisa  tepat  sasaran,  pemerintah  tidak  seharusnya
              berpatokan  pada  data  pekerja  yang  ada  di  BPJS  Ketenagakerjaan.  Sebab,  masih  banyak
              perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

              "Kondisi ini masih terjadi di banyak perusahaan, antara lain di perusahaan yang mempekerjakan
              pekerja kontrak dan outsourcing yang melanggar Undang Undang Ketenagakerjaan," jelasnya.
              Pelanggaran  tersebut,  kata  dia,  dilakukan  oleh  sebagian  perusahaan  dengan  hanya
              mendaftarkan sebagian karyawannya sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Bahkan, ada juga
              perusahaan yang tidak melaporkan gaji para pekerja sesuai kenyataan. "Modusnya, manajemen
              hanya  mendaftarkan  sebagian  pekerjanya  sebagai  peserta  BPJS  Ketenagakerjaan  atau  tidak
              melaporkan gaji pekerja sesuai kenyataan," kata Mirah.

              Aspek  meminta  pengawasan  dari  program  bantuan  untuk  pekerja  dengan  gaji  pas-pasan
              dilakukan dengan benar. Karena sebenarnya program yang dicanangkan sangat bagus bagi para
              pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta.

              Ketua  DPD  Federasi  Kesatuan  Serikat  Pekerja  Nasional  (FKSPN)  Kabupaten  Karanganyar,
              Hariyanto, menilai di sinilah pentingnya para karyawan membentuk serikat pekerja di masing-
              masing  perusahaan.  Ini  penting  karena  serikat  pekerja  menjadi  garda  depan  dalam
              memperjuangkan hak pekerja, termasuk jika ada program bantuan dari pemerintah.

              "Kalau enggak ada serikat, kemungkinan ya enggak ada Jamsostek. Kemarin saya tanya ke orang
              Jamsostek, ini bantuan dari Jamsostek atau pemerintah, dijawab dari pemerintah. Kalau begitu,
              semestinya  semua  pekerja  mendapatkan  bantuan.  Jadi  logis  usulan  agar  semua  pekerja
              mendapatkan  bantuan  karena  sumbernya  dari  APBN  [Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja
              Negara]," kata Hariyanto saat dihubungi Espos, Kamis malam.

              Hariyanto  membenarkan  masih  ada  perusahaan  yang  belum  mendaftarkan  para  pekerja
              seluruhnya. Namun menurutnya, di Karanganyar jumlah perusahaan yang melakukan praktik itu
              tinggal sedikit dan hanya berkisar 10%. Biasanya, praktik seperti ini dilakukan perusahaan yang
              baru berdiri.


              "Sekarang  di  Karanganyar  sangat  sedikit  perusahaan  yang  melakukan  pentahapan  [tidak
              mendaftarkan seluruh pekerja ke BPJS Ketenagakerjaan]. Karena apotek, toko-toko, itu hampir
              semuanya  sudah  mendaftarkan  pekerjanya.  Ini  karena  BPJS  Ketenagakerjaan  sudah
              menggandeng Kejaksaan, sehingga ada sanksi bagi yang melanggar," kata dia.

              Meski demikian, Hariyanto menyampaikan kekhawatiran lain dalam program bantuan insentif
              gaji. Kekhawatiran itu bukan hanya bagi mereka yang tak terdaftar, tapi juga yang sudah menjadi


                                                           22
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28