Page 223 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 AGUSTUS 2020
P. 223

Hal itu dikhawatirkan menimbulkan ketidakadilan di tengah publik.

              "Ada potensi pekerja yang upahnya di bawah Rp5 juta dan masih mendapatkan upah penuh dari
              perusahaan mendapatkan subsidi gaji. Akhirnya, saya perkirakan pekerja itu akan menabung
              atau menyimpan subsidi gaji itu ke tabungannya. Sebab upahnya masih cukup untuk memenuhi
              kebutuhannya," katanya.

              Alhasil,  fenomena  itu  akan  membuat  niatan  pemerintah  untuk  memacu  belanja  masyarakat
              berpeluang  tertahan.  Dana  yang  seharusnya  dibelanjakan,  akhirnya  akan  mengendap  di
              perbankan atau lembaga keuangan lain.

              Kondisi itu akan memperparah situasi, di mana dana pihak ketiga di perbankan terus bertambah.
              Alhasil, konsumsi agregat yang diharapkan pemerintah terjadi dari subsidi gaji tidak berjalan.

              Seperti diketahui, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penghimpunan dana industri
              perbankan pada kuartal 11/2020 menurun dibandingkan periode sebelumnya yakni dari 9,54%
              menjadi 7,42%.

              Kendati  mengalami  penurunan  secara  total,  Ketua  Dewan  Komisioner  OJK  Wimboh  Santoso
              mengatakan saat ini pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di bank besar yakni bank umum
              kelompok usaha (BUKU) 4 justru mengalami kenaikan signifikan dengan pertumbuhan 11,9%.

              Pertumbuhan DPK bank BUKU 4 karena memiliki layanan digital sehingga memudahkan nasabah
              dalam menempatkan dana.
              SOLUSI

              Timboel pun meminta adanya terobosan dari pemerintah untuk menelusuri secara langsung ke
              tiap perusahaan.

              'Telusuri mana saja yang tidak mendaftarkan pekerjanya ke BPJS Ketenagakerjaan. Kita punya
              UU No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan. Paksa perusaaan
              patuhi itu supaya kita dapat data yang akurat, siapa pekerja yang seharusnya mendapat subsidi,"
              katanya.

              Usulan yang sama pun muncul dari Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said
              Iqbal.
              "Kalau masih pakai acuan BPJS Ketenagakerjaan, saya yakin konsumsi rumah tangga tidak akan
              terdongkrak secara signifikan. Sebab, data itu tidak mencakup semua pekerja yang sejatinya
              butuh subsidi untuk kebutuhan sehari-harinya," katanya.

              Untuk itu, dia mengusulkan agar pemerintah juga menggunakan data dari TNP2K Sekretariat
              Wapres atau data BPJS Kesehatan. Hal itu akan menambah akurasi penyaluran subsidi gaji.

              Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani
              meminta perusahaan-perusahaan di Indonesia proaktif mendaftarkan pekerjanya yang belum
              terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.


              "Pekerja pun juga perlu aktif mendaftarkan dirinya ke BPJS Ketenagakerjaan, jika mereka merasa
              masuk kriteria," katanya.

              Dengan demikian, patut ditunggu bagaimana respons pemerintah terhadap risiko ketidaktepatan
              sasaran pemberian subsidi gaji tersebut.




                                                           222
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228