Page 232 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 232

Berikutnya,  Wakil  Ketua  Konfederasi  Persatuan  Buruh  Indonesia  (  KPBI)  Jumisih  juga
              menegaskan banyak pasal yang merugikan  buruh  dalam  UU Cipta Kerja  .
              Hal itu diketahui berdasarkan draf resmi yang didapat  buruh  setelah  UU Cipta Kerja  diketok
              palu pada Senin (5/10/2020) lalu.

              "Kita mendapat draf tanggal 5 begitu itu diketok palu. Kita bandingkan memang ada perubahan
              perubahan."  "Kita harus membaca dengan teliti, kalau tidak kita tidak akan menemukan fakta
              bahwa UU Cipta kerja itu menurunkan kesejahteraan," kata Jumisih.

              Aturan yang dipermasalahkan,  buruh  misalnya Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) yang
              dapat terus diperpanjang sehingga memungkinkan pekerja menjadi pegawai kontrak seumur
              hidup.

              Kemudian, pasal yang semakin membuka peluang perusahaan melakukan praktik outsourcing.
              Dalam UU Ketenagakerjaan, praktik hanya dibatasi pada jenis pekerjaan yang tidak berhubungan
              langsung dengan kegiatan produksi.

              Namun dalam  UU Cipta Kerja  batasan itu dihapus.

              Lalu, batasan maksimal jam lembur dari awalnya maksimal tiga jam dalam sehari dan 14 jam
              dalam sepekan menjadi empat jam dalam sehari dan 18 jam dalam seminggu.
              Kemudian, uang pesangon yang dikurangi dari 32 kali dikurangi menjadi 25 kali.

              Jumisih kemudian mempertanyakan sejumlah politisi di DPR yang menyebut belum ada draf final
              saat UU Cipta Kerja disahkan.

              2. Laporan Keliru  Pernyataan  Presiden Joko Widodo  atau  Jokowi  bahwa aksi penolakan  UU
              Cipta Kerja  didasarkan pada disinformasi dan hoax, juga mendapat reaksi dari Koalisi Masyarakat
              Sipil.

              Koalisi Masyarakat Sipil menduga  Jokowi  mendapatkan laporan keliru soal penyulut demonstrasi
              yang massif menolak Omnibus Law  UU Cipta Kerja  .

              Akibatnya  Presiden    Jokowi    menilai  aksi  unjuk  rasa  penolakan  atas    UU  Cipta  Kerja
              dilatarbelakangi oleh  disinformasi dan hoaks  .

              Direktur  Eksekutif  Pusat  Studi  dan  Konstitusi  Universitas  Andalas,  Feri  Amsari,  menuturkan
              kesalahan polemik  UU Cipta Kerja  adalah tidak terbuka dan tak melibatkan ruang partisipasi
              publik seperti yang diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
              Perundang-Undangan.

              "Saking tidak menjalankan ketentuan itu sampai hari ini naskah akademik dan UU yang disahkan
              tidak dapat diakses publik."  "Coba bayangkan menyebut orang disinformasi padahal dia sendiri
              yang menyembunyikan informasi," tutur Feri, dikutip dari Kompas.com.

              Feri  mengatakan  Presiden    Jokowi    malah  memberikan    pernyataan    menyesatkan  dalam
              konferensi  pers  ketika  menyebut  aksi  unjuk  rasa  menolak    UU  Cipta  Kerja    terjadi  karena
              disinformasi dan hoaks  .

              Padahal di sisi lain, dikatakan Feri, naskah final UU itu hingga kini masih di Badan Legislasi DPR
              untuk dirapikan.

              Pada akhirnya, publik pun mempertanyakan naskah mana yang dirujuk  Jokowi  .

              "Pernyataan Presiden menyesatkan dan cenderung menuding masyarakat yang salah," ujar Feri.
                                                           231
   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237