Page 283 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 283

hingga bully-an. Kami bertahan dalam pembahasan bukan karena propemerintah. Tapi, berharap
              bisa mengubah substansi-substansi yang tidak berpihak pada pekerja/buruh. Setidaknya ada
              rem

              Waktu  sepuluh  hari  itu  pun  tidak  dijalani  dengan  mudah.  Debat  antara  pemerintah,  Kadin,
              Apindo,  dan  serikat  pekerja/buruh  yang  tersisa  jadi  makanan  sehari-hari.  Buruh  berusaha
              mempertahankan dan memperbaiki hak-hak yang sudah diterima melalui UU 13/2003 tentang
              Ketenagakerjaan.

              Memang, tak ada kesepakatan mengikat karena DPR akan jadi hakim dalam sidang RUU ini.
              Namun, setidaknya, gentlemen agreement yang sudah didiskusikan selama sepuluh hari itulah
              yang dibawa dalam pembahasan dengan DPR. Karena sudah mewakili stakeholder. Nyatanya,
              tak ada transparansi. Bahkan, buruh tidak mendapat draf yang diserahkan pada DPR dari hasil
              pembahasan bersama sebelumnya. Apa yang disembunyikan wahai tuan dan puan? Apa yang
              sudah diutak-atik dari gentlemen agreement kita?

              Pertanyaan itu terjawab setelah ketok palu pada Senin lalu. Rasanya seperti tersambar petir di
              siang bolong. Poin-poin yang penting dikepras. Urusan pesangon, misalnya. Saat pembahasan
              di  panja,  perdebatan-perdebatan  soal  pesangon  ini  masih  ada.  Isu  terakhir,  pesangon  tetap
              diberikan 32 kali gaji dengan perincian 23 ditanggung pengusaha dan 9 ditanggung pemerintah.
              Ujug-ujug, hanya tersisa 25 kali. Pengusaha menanggung 19 kali dan pemerintah 6 kali melalui
              jaminan kehilangan pekerjaan di BPIamsostek.
              Soal  perjanjian  kerja  waktu  tertentu  (PKWT)  dan  outsourcing)uga  tak  jauh  beda.  Dalam
              pembahasan tripartit disepakati, keduanya akan kembali ke aturan existing. Nyatanya tidak. Jika
              dulu  ketentuannya  dikontrak  sekali,  kedua  kali  tidak  boleh  lebih  lama  dari  yang  pertama,
              kemudian kontrak ketiga harus permanen. Tapi, sekarang jadi panjang Dalam jangka panjang,
              ini erat hubungannya dengan pesangon yang bakal diterima pekerja/buruh nantinya.

              Memang  ada  sisi  positif,  di  mana  pada  draf  saat  ini,  pekerja  yang  selesai  PKWT-nya  akan
              mendapat satu bulan gaji. Tapi, apa iya itu harapan buruh? Pekerjaan yang tidak long lasting.
              Harapannya tentu pekerjaan dalam jangka waktu lama. Seterusnya.

              Sehingga, iming-iming menteri ketenagakerjaan itu tidak ada gunanya. Yang dianggap bagus
              oleh beliau, nyatanya tidak.

              Soal upah pun sama. Upah minimum provinsi (UMP) dan kabupaten/kota (UMK) memang tetap
              ada. Tapi, sektoral yang cukup krusial justru dilenyapkan. Akan sangat tidak fair ketika gaji padat
              karya disamakan dengan padat modal. Yang benar saja Di mana pemikiran mereka melakukan
              hal bodoh ini. Ah, yang sudah diperjuangkan benar-benar tak diakomo-dasi. Seolah kehadiran
              serikat  pekerja/buruh  sebelumnya  hanya  formalitas  untuk  bisa  melenggang  ke  tahap
              selanjurnya.

              Kekecewaan  terhadap  wakil  rakyat  sama  besarnya.  Berulang-ulang  ditanya  soal  kepastian
              penetapan,  mereka  selalu  berkelit.  Tak  jarang  membantah  akan  digolkan  segera.  Tidak
              memungkinkan, jawabnya. Lagi-lagi kebohongan yang kami terima. RUU tersebut disahkan jauh
              lebih  cepat  dari  rumor  yang  beredar,  ladi,  apalagi  yang  bisa  kita  hormati  dari  dialog  yang
              diagung-agungkan? Nonsense.

              Enggan kecewa lebih dalam, undangan Presiden Joko Widodo untuk hadir ke Istana Bogor Jumat
              siang (9/10) akhirnya terpaksa

              ditolak. Percuma datang kalau tak ada yang berubah dari UU itu. Bisa-bisa nasib kami tak jauh
              beda dari Iqbal KSPI dan Andi Ghani KSPSI. Ketika diundang presiden, RUU malah diketok palu.
              Akhirnya banyak tudingan pada keduanya.


                                                           282
   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288