Page 338 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 338

Ia  menegaskan,  Omnibus  Law  Cipta  Kerja  ini,  khususnya  klaster  ketenagakerjaan,  lebih
              difokuskan pada aspek perlindungan pekerja (existing), dan juga perluasan lapangan kerja untuk
              menampung tenaga kerja baru. Sehingga yang paling dibela dari UU  Cipta Kerja sebetulnya
              adalah para pencari kerja.

              "Kami  sebagai  pelaku  usaha  percaya  kalau  kita  semakin  mudah  berusaha,  bisnis  kita
              berkembang. maka makin banyak kita bisa memiliki karyawan," kata Aloysius.

              Selama  hampir  satu  tahun  mengawal  diskusi  tentang  Omnibus  Law  Cipta  Kerja,  Aloysius
              mengatakan yang perlu dipahami dalam membaca UU Cipta Kerja adalah harus dikolaborasikan
              dengan UU terkait. Sehingga bila ada pasal-pasal yang tidak tercantum dalam UU Cipta Kerja,
              itu berarti masih memanfaatkan UU 13/2003.

              "Ada beberapa komunikasi di publik yang kurang tepat. Misalnya, kok orang yang haid tidak lagi
              dapat cuti? Itu tidak tepat. Di UU Cipta Kerja memang tidak dicantumkan. Itu berarti pasal-pasal
              di UU Ketenagakerjaan masih ada. Kita sebagai pengusaha harus memberikan hak itu. Ini yang
              kemudian  banyak  diplesetkan  di  publik  tanpa  memahami  konsep  regulasi  itu  bekerja."  kata
              Aloysius.

              Mogok nasional selama tiga hari yang dilakukan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
              bersama 32 federasi telah berakhir 8 Oktober 2020. Awal pekan depan, para serikat buruh akan
              mengumumkan langkah selanjutnya yang akan ditempuh sebagai bentuk penolakan terhadap
              UU Cipta kerja.

              Presiden  KSPI  Said  Iqbal  menjelaskan,  langkah  lebih  lanjut  yang  akan  diambil  secara
              konstitusional antara lain membuat gugatan melalui jalur hukum untuk membatalkan omnibus
              law UU Cipta Kerja, melanjutkan gerakan aksi secara konstitusional. serta melakukan kampanye
              kepada  masyarakat  nasional  maupun  internasional  tentang  alasan  mengapa  buruh  menolak
              omnibus law, khususnya klaster ketenagakerjaan. [HER/J-90









































                                                           337
   333   334   335   336   337   338   339   340   341   342   343