Page 342 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 342

Untuk memahami UU Ciptaker ini, masyarakat harus mampu mengerti konsepsi intelektual dan
              analisis kontekstual dalam rumusan setiap pasal UU Ciptaker ini dan itu bukan satu hal yang
              mudah sehingga UU Ciptaker ini perlu diterjemahkan dengan lebih baik, melalui pendekatan dan
              bahasa yang mudah dimengerti.

              Selanjutnya, agar menjadi imple-mentatif, penting bagi pemerintah untuk segera menyusun dan
              menyiapkan regulasi turunan, atau aturan pelaksana dari UU Omnibus Law Ciptaker ini secara
              jelas, detail dan komprehensif. Baik dalam bentuk peraturan pemerintah (PP) ataupun peraturan
              lainnya sehingga amanat perlindungan dan keadilan yang diatur dalam UU Ciptaker ini dapat
              dilaksanakan dengan baik.

              Menata ulang birokrasi

              Sekali  lagi,  inkonsistensi  peraturan  perundang-undangan  yang  ada  selama  ini  sering  kali
              menyebabkan implementasi terhadap aturan menjadi tidak efektif, dan tentu juga menyebabkan
              tidak  adanya  kepastian  hukum  sehingga  untuk  menyelesaikan  pertentangan  antarperaturan
              perundang-undangan dan norma hukum yang ada itu, metode omnibus law merupakan pilihan
              yang logis.

              Metode  mengubah,  mencabut,  dan  membentuk  beberapa  UU  sekaligus  ke  dalam  satu  UU
              (Massicotte, 2013) ini merupakan satu kebijakan strategis dan satu terobosan visioner dalam
              konteks  pembangunan,  dan  pembaharuan  hukum  nasional,  dalam  rangka  mencari
              keseimbangan,  antara  kebutuhan  hukum  yang  lebih  fleksibel,  dinamika  yang  ada,  juga,
              kepentingan  masyarakat  luas  secara  terpadu,  sistematis,  berpedoman  pada  UUD  1945  dan
              Pancasila.

              Keputusan DPR mengesahkan RUU Cipta kerja menjadi UU ini merupakan satu keputusan politik
              yang harus diterima oleh publik. Keputusan itu tentu saja tidak akan mampu untuk memuaskan
              semua pihak.

              Atas ketidakpuasan itu, negara telah memberikan ruang sangat terbuka bagi masyarakat untuk
              mengoreksi dan menguji keputusan DPR dalam mengesahkan UU Omnibus Law Ciptaker melalui
              mekanisme judicial review di MK. Baik terhadap prosedur pembentukannya (formal) maupun
              juga terhadap materi muatannya (materiil). Bahkan, tidak tertutup kemungkinan UU itu untuk
              disempurnakan di kemudian hari, melalui mekanisme politik, yaitu melalui revisi UU.

              Sebagai penutup, perbedaan penafsiran dan pandangan terhadap UU Omnibus Law Cipta Kerja
              ini hal yang lumrah, dan wujud implementasi nilai demokrasi di Indonesia. Namun, kedewasaan
              berdemokrasi juga perlu untuk dimajukan, dan publik harus menghindari langkah-langkah yang
              sifatnya destruktif, dan provokatif, di luar saluran konstitusi, yang pada a-khirnya, akan sangat
              berbahaya, dan berpotensi merusak keutuhan kita, dalam berbangsa dan bernegara. Apalagi, di
              tengah situasi pandemi covid-19 ini.




















                                                           341
   337   338   339   340   341   342   343   344   345   346   347