Page 474 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 474

APINDO UNGKAP RENCANA REVISI UU KETENAGAKERJAAN TELAH ADA SEJAK
              LAMA
              Penolakan atas Pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja oleh DPR RI terus bergulir pada
              tataran masyarakat. Publik menyoroti kilatnya proses penyusunan dan pembahasan UU sapu
              jagat tersebut.

              Ketua  Umum  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo),  Hariyadi  Sukamdani,  membantah  jika
              proses penyusunan dan pembahasan UU Cipta Kerja terlalu singkat. Menurutnya, pembahasan
              rencana perubahan atas UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ini sudah dilakukan
              ketika Abdul Muhaimin Iskandar menjabat sebagai Menteri Ketenagakerjaan periode 2009-2014.

              "Pembahasan dari UU Cipta Kerja sangat panjang. Jadi kalau kita ingat, pada periode pak Menteri
              Muhaimin  sebetulnya  sudah  gencar  untuk  melakukan  amandemen  UU  13/2003  tentang
              Ketenagakerjaan," ujar dia dalam webinar bertajuk UU Cipta Kerja (Klaster Ketenagakerjaan):
              Implikasinya Bagi Pekerja dan Dunia Usaha, Jumat (9/10).
              Namun, sambung Hariyadi, dalam proses penyusunan dan pembahasan saat itu kerap menemui
              jalan buntu. "Berbagai wacana tersebut walaupun sudah dimulai rumusan usulan-usulannya,
              bahkan sudah dibahas dalam Tripartit tapi tidak bisa berjalan lancar," jelasnya.

              Revisi Diperlukan Antisipasi Peningkatan Angkatan Kerja  Sehingga baru pada periode kedua
              Pemerintahan Presiden Joko Widodo wacana perubahan atas UU No 13 Tahun 2003 tentang
              Ketenagakerjaan kembali digalakkan. Terlebih laju pertumbuhan angkatan kerja baru disetiap
              tahunnya terus meningkat.

              "Setiap tahunnya ada 2,5 juta angkatan kerja baru sehingga banyak yang tidak terserap. Inilah
              yang  dilihat  pemerintah  bahwa  harus  dicari  penyebab  tenaga  kerja  ini  tidak  berjalan  sesuai
              harapan," paparnya.

              Maka dari itu, sektor ketenagakerjaan dibuat usulan untuk dimasukkan ke dalam Omnibus Law
              untuk  percepatan  dan  penyempurnaan  regulasi  klaster  ketenagakerjaan  dan  juga  10  klaster
              lainnya. "Jadi ada 11 klaster dalam omnibus law ini," tambahnya.

              [bim]































                                                           473
   469   470   471   472   473   474   475   476   477   478   479