Page 696 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 696

KESULITAN KAS AKIBAT PANDEMI, INI KESEPAKATAN PENGUSAHA SOAL UMP
              2021 SOAL HASIL DEWAN PENGUPAHAN
              TRIBUNJABAR.ID,  BANDUNG    -  Pandemi    Covid-19    menghantam  sektor  ekonomi  hingga
              membuat cukup banyak  perusahaan  juga merasakan imbasnya.

              Melihat kondisi saat ini,  pengusaha  sepakat dengan rekomendasi  Dewan Pengupahan  Nasional
              yang mengusulkan agar  upah minimum provinsi (UMP)  2021 sama seperti tahun 2020.

              Penetapan ini salah satunya mempertimbangkan kondisi perusahaan yang mengalami kesulitan
              kas akibat pandemi Covid-19.

              Dilansir dari Kompas.Com, penetapan tersebut disetujui oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang
              dan Industri (Kadin) Shinta Kamdani.

              "Ya betul kami setuju [dengan rekomendasi  Dewan Pengupahan  ]," ujar Wakil Ketua Umum
              Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta Kamdani kepada Kontan, Kamis (8/10).

              Menurut Shinta, hal tersebut mempertimbangkan kondisi perusahaan yang mengalami kesulitan
              dari sisi arus kas akibat pandemi Covid-19. Akibatnya, pengusaha pun mengalami kesulitan untuk
              bisa mempertahankan usahanya.

              "Malah  ada  banyak  sektor  yang  sudah  merumahkan  karyawannya.  Sementara  pemulihan
              ekonomi butuh waktu dan kondisi pengetatan PSBB tentunya tidak membantu," lanjut Shinta.

              Shinta tak menampik bila nantinya formula penghitungan UMP tahun 2021 mengikuti Peraturan
              Pemerintah Nomor 78 tahun 2015 tentang pengupahan, maka  pengusaha  akan kesulitan untuk
              membayar  upah  tersebut.

              Hal senada pun disampaikan oleh Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi)
              Anggawira. Dia berharap ada solusi terbaik berkaitan dengan  penentuan UMP 2021  .

              Menurutnya, bila penetapan UMP 2021 sesuai dengan perhitungan yang ada yakni berdasarkan
              pertumbuhan ekonomi dan inflasi, mungkin terjadi penurunan lantaran pertumbuhan ekonomi
              yang negatif dan deflasi yang mungkin terjadi akibat Covid-19.

              "Saya melihat pemerintah dan dewan pengupahan sudah punya hitung-hitungan yang memang
              bisa secara logis dan secara realita ini dimalumkan," ujar Anggawira.

              Dia pun berharap serikat pekerja bisa memahami situasi saat ini melihat  pengusaha  pun turut
              kesulitan bahkan mengalami perlambatan dan pelumpuhan di beberapa sektor usaha.

              Dia berharap dalam penetapan UMP tidak muncul polemik tetapi ada kesepahaman di antara
              tripartit. Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah pun mengatakan penetapan Upah
              Minimum tahun 2021 sementara ini akan tetap mengacu pada PP 78/2015.
              Meski  begitu,  melihat  adanya    pandemi  Covid-19    dan  pertumbuhan  ekonomi  mengalami
              penurunan, dia berpendapat bahwa penetapan UMP tidak mungkin ditetapkan secara normal
              sebagaimana peraturan pemerintah.

              "Kami mendapatkan saran dari dewan pengupahan nasional, yang saran ini akan menjadi acuan
              bagi  kami,  bagi  menteri  untuk  menetapkan    upah    minimum tahun  2021.  Karena  kalau kita
              paksakan mengikuti PP 78 atau mengikuti UU baru ini pasti akan banyak sekali  perusahaan  -
              perusahaan yang tidak mampu membayar  upah  minimum provinsi," kata Ida.

              Meski  begitu,  Ida  pun  memastikan  pihaknya  akan  terus  memberikan  perkembangan  terbaru
              mengenai  UMP 2021  sambil tetap mendengarkan masukan dari  Dewan Pengupahan  Nasional.

                                                           695
   691   692   693   694   695   696   697   698   699   700   701