Page 74 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 74
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengunjungi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PB NU) KH Said Aqil Siroj untuk memberikan penjelasan tentang omnibus law UU Cipta
Kerja akhir pekan lalu (10/10). Khususnya terkait klaster ketenagakerjaan.
BISA PENGARUHI KUALITAS DAN TARGET INVESTASI
Menggenjot investasi jadi sasaran utama pemerintah menerbitkan Omnibus Law Cipta Kerja.
Investasi juga diharapkan berbanding lurus dengan penciptaan lapangan kerja. Tapi, realisasinya
diprediksi tidak mudah.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara
menilai pengesahan UU Cipta Kerja yang terburu-buru justru kontradiktif dengan upaya untuk
meningkatkan kualitas investasi. Sebab, banyak peraturan terkait perlindungan pekerja dan
lingkungan yang diubah.
Di sisi lain, investor dari negara maju bakal melihat regulasi negara tujuan sebelum memutuskan
menanamkan modalnya. Tujuannya, memastikan investasi yang memenuhi standar Khususnya
bagi investor dari Jepang, Amerika Serikat (AS), maupun negara-negara Eropa
"Mereka memiliki prinsip ter-kait keadilan hak pekerja atau fair labor, tempat kerja yang layak
atau decent work, dan berwawasan lingkungan. Poin-poin tersebut tidak didapatkan dalam
OmnibusLaw Cipta Kerja," ulasnya kemarin (11/10).
Menurut dia, bukan tidak mungkin omnibus law akan merugikan dalam jangka panjang. Selain
mengundang polemik dan mogok kerja, investor akan mencermati berap a banyak peraturan
pemerintah, peraturan menteri, maupun peraturan daerah yang diubah pasca pengesahan
undang-undang sapu jagat tersebut.
Itu justru berpotensi menimbulkan ketidakpastian hukum. Imbasnya, para investor punya
persepsi negatif dan menunda keputusan investasi. "Mereka yang ingin berinvestasi akhirnya
menjadi wait and see sampai peraturan teknisnya selesai dibuat pemerintah," ujar alumnus
Universitas Gadjah Mada itu.
Bhima juga menyebut omnibus law tidak memiliki fokus. Di satu sisi, pemerintah ingin ada
lembaga pengelola investasi (LPI) atau sovereign wealth fund (SWF) yang uangnya bisa dikelola
manajemen investasi yang sebagian besar di surat berharga. Sementara itu, di klaster
ketenagakerjaan, hak pekerja dipangkas untuk menarik investasi padat karya. Pada bidang
startup, pemerintah membuka ruang untuk tenaga kerja asing (TKA) masuk. Lalu, di klaster
pangan, yang akan didorong adalah importer pangan. "Iadi, jenis investasi apa yang sebenarnya
ingin didorong?" tanya Bhima.
Senada, ekonom Faisal Basri menuturkan, tujuan yang kerap terlontar dalam omnibus law adalah
kemudahan berusaha. Padahal, lanjut dia, masalah klasik itu sudah berlangsung puluhan tahun.
"Namun, mengapa baru sekarang diklaim sebagai penyebab kemerosotan investasi dan
pertumbuhan ekonomi? Dengan iklim usaha yang serupa, mengapa pertumbuhan di masa lalu
bisa 8 persen, 7 persen, dan 6 persen," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meyakini
bahwa omnibus law akan menarik lebih banyak proyek investasi asing langsung (FDI) ke
Indonesia. Menurut dia, investasi akan memberikan lebih banyak kesempatan kerja. Investasi
berkontribusi sebesar 30,61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada
kuartal II2020.
73