Page 258 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 258

Ia menjelaskan UUCipta Kerjadapat menciptakan peluang kerja terutama bagi penduduk usia
              kerja  produktif  dan  menekan  tingkat  pengangguran  yang  berpotensi  meningkat  pada  masa
              pandemi COVID-19.

              "Ini  adalah  mengapa  UU  ini  dinamakan  Cipta  Kerja,  artinya  kita  butuh  investasi,  tetapi  saat
              bersamaan kita merespons bagaimana menciptakan berbagai peluang pekerjaan," kata Anwar.

              Terkait penolakan buruh atas isu tenaga kerja asing, ia mengatakan, pekerja asing yang masuk
              hanya boleh mempunyai kompetensi khusus dan terikat oleh waktu.

              "Contohnya adalah yang mereka memiliki keahlian yang sangat spesifik, yang memang kita tidak
              ada. Seandainya mesin itu rusak, misalnya, maka dia bekerja dengan jangka waktu tertentu,"
              ujarnya.

              Untuk pekerja dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Anwar menambahkan, UUCipta
              Kerjamemberikan  perlindungan  selama  pegawai  PKWT  bekerja  serta  menjamin  haknya,
              termasuk memberikan kompensasi, apabila pekerjaan tersebut usai.

              Selain  itu,  regulasi  mengenai  tenaga  outsourcing  atau  alih  daya  juga  diatur  dengan  ketat,
              sehingga  apabila  terjadi  pengalihan  tenaga  kerja,  maka  masa  kerjanya  harus  dihitung,  dan
              perlindungan hak harus dipersyaratkan dalam perjanjian kerja.

              "Artinya  kalau  perusahaan  mempekerjakan  orang,  biasanya  mulai  dari  nol  lagi,  disini  tidak.
              Pengusaha alih daya harus mengakui catatan-catatan pekerjaan yang sudah dilakukan pekerja
              sebelumnya. Dan ini akan diperhitungkan sebagai komponen tentunya besaran gaji," katanya.

              Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan A. Djalil
              menyambut baik pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja oleh DPR RI pada 5 Oktober lalu.
              Menurutnya, UU anyar ini akan menyinkronkan 79 peraturan perundang-undangan yang selama
              ini menghambat iklim investasi.

              "Dalam UU Cipta Kerja ini akan memperbaiki 79 UU yang tumpang tindih. Maka iklim investasi
              akan lebih mudah," ujar dia dalam Konferensi Pers dengan tema Klaster Pertanahan dan Tata
              Ruang dalam UU Cipta Kerja, Jumat, (16/10).

              Sofyan mengatakan, selama ini mengurus perizinan berusaha di dalam negeri sangatlah tidak
              mudah. Diantaranya karena regulasi yang tumpang tindih, sehingga membuat investor enggan
              menanamkan modalnya di Indonesia.
              "Karena negeri kita dirantai berbagai aturan. Penuh dengan aturan regulasi tumpang tindih, ada
              Permen PP, Perda dan lainnya," tegasnya.

              Padahal, sambung dia, Indonesia terus dihadapkan pada persoalan ketenagakerjaan. Dimana
              lapangan kerja yang tersedia saat ini tidak mampu menyerap tingginya angka pencari kerja baru,
              termasuk kelompok pengangguran yang terus bertambah di tengah pandemi Covid-19.

              "Pada saat ini lebih dari 7 juta orang nganggur. Kemudian ada 2,7 juta tenaga baru dan 3,5 juta
              pengangguran terdampak Covid-19. Tidak kah tersentuh nurani kita," paparnya.

              Oleh karena itu, dia meminta polemik atas pengesahan UU Cipta Kerja dapat segera diselesaikan.
              Sehingga percepatan penyusunan berbagai aturan dapat segera diselesaikan oleh pemerintah.
              "Nanti kalau tidak puas atau ada aturan silahkan bisa disampaikan ke Mahkamah Konstitusi.
              Kalau tidak puas dengan aturan turunan atau PP silahkan sampaikan ke pemerintah dengan
              baik," tutupnyaReporter: SulaemanSumber: Merdeka.comOmnibus Law Undang-Undang (UU)
              Cipta  Kerja  dipercaya  bisa  meningkatkan  serapan  tenaga  kerja,  termasuk  kelompok


                                                           257
   253   254   255   256   257   258   259   260   261   262   263