Page 342 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 342
Ringkasan
KONDISI demografi Indonesia yang menuntut jutaan lapangan kerja baru tiap tahun ditambah
kondisi pandemi dan resesi dianggap sebagai faktor krusial hadirnya Omnibus Law Undang-
Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Namun, sejumlah pihak masih menilai UU Ciptaker elitis dan
terkesan tidak ber pihak pada pekerja.
Menurut Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, UU Ciptaker adalah upaya mencari titik
keseimbangan antara melindungi yang bekerja dan membuka lapangan kerja. "Antara
memastikan hak pekerja dan dunia usaha tidak terlalu tertekan agar bisa ekspansi. Ini titik
kompromi UU Ciptaker," katanya dalam program Economic Challenges di Metro TV, tadi malam.
UU CIPTAKER SOLUSI MENCARI TITIK KESEIMBANGAN
KONDISI demografi Indonesia yang menuntut jutaan lapangan kerja baru tiap tahun ditambah
kondisi pandemi dan resesi dianggap sebagai faktor krusial hadirnya Omnibus Law Undang-
Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Namun, sejumlah pihak masih menilai UU Ciptaker elitis dan
terkesan tidak ber pihak pada pekerja.
Menurut Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, UU Ciptaker adalah upaya mencari titik
keseimbangan antara melindungi yang bekerja dan membuka lapangan kerja. "Antara
memastikan hak pekerja dan dunia usaha tidak terlalu tertekan agar bisa ekspansi. Ini titik
kompromi UU Ciptaker," katanya dalam program Economic Challenges di Metro TV, tadi malam.
Untuk itu, lanjut dia, upaya membuka lapangan kerja dan usaha dengan melindungi pekerja dan
pengusaha tidak bisa dipertentangkan. Tanggung jawab pemerintah justru menyediakan
lapangan pekerjaan.
Adapun substansi klaster ketenagakerjaan dibangun agar tenaga kerja di Indonesia semakin
kompetitif dan berdaya saing. Ida mengatakan suplai tenaga kerja yang kompeten dan berdaya
saing jadi aspek krusial bagi iklim investasi dan penciptaan lapangan kerja.
"Jadi UU Ciptaker ini juga untuk menjawab fenomena industri 4.0 dan ekonomi digital. Prinsip
UU Ciptaker menyasar perlindungan tenaga kerja, kelompok pekerja yang masih eksis, pencari
kerja, dan pekerja pada sektor UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah)," jelas Menaker.
Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah menjawab pertanyaan yang ditampilkan lewat layar monitor
disaksikan Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani (kiri). Ekonom CSIS Djisman Simandjuntak (dua
kiri) dan Host Kania Sutisnawinata saat acara "Economic Challenges" di studio Metro TV, Jakarta,
kemarin. Acara tersebut mengangkat tema Cipta Kerja untuk Siapa ?
Pada proyeksi rencana tenaga kerja 2020-2024 Ke menaker. Ida menyebut kebutuhan tenaga
kerja diproyeksikan naik menjadi 138,83 juta pada 2024. "Artinya ada peningkatan 12 juta
pekerja dari 2019 atau 2 juta per tahun. Setiap tahun kita butuh sekitar 2 juta lapangan kerja
untuk menyerap tenaga kerja baru," pungkasnya.
Saling membutuhkan
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani menjelaskan
kepentingan pengusaha dan pekerja itu sama yaitu saling membutuhkan dan menyejahterakan.
"Aset terbesar perusahaan itu manusia atau SDM. Jadi tak mungkin pengusaha ingin melakukan
di luar kepatutan pada aset terbesarnya," katanya.
Salah satu tujuan UU Ciptaker juga meningkatkan daya saing SDM agar tercipta lapangan
pekerjaan. "Jika ditarik ke belakang, itu (faktor terciptanya lapangan kerja) ialah investasi, baik
341