Page 358 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 358

Ringkasan

              Pembahasan penyusunan Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja dinilai
              sudah melibatkan partisipasi semua pihak, terutama kaum buruh dan pekerja. Bahkan, banyak
              saran dari kelompok pekerja dan buruh sudah diakomodasi dalam RUU inisiatif pemerintah itu.
              Karena itu, pemerintah menyesali ada pihak yang menuding RUU Omnibus Law itu lemah dalam
              pelibatan partisipasi publik.

              Sekretaris  Jenderal  Kementerian  Ketenagakerjaan  Anwar  Sanusi  mengatakan,  pembahasan
              dengan  DPR  RI  sendiri  dalam  menyusun  RUU  Omnibus  Law  ini  bahkan  mencapai  64  kali
              pertemuan.  Dalam  konteks  ketenagarkerjaan,  pemerintah  juga  mendapat  mandat  untuk
              melaksanakan dan mengawal klaster ketenagakerjaan.



              PEMERINTAH SEBUT PARTISIPASI BURUH CUKUP SIGNIFIKAN DALAM
              PENYUSUNAN UU CIPTA KERJA

              Pembahasan penyusunan Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja dinilai
              sudah melibatkan partisipasi semua pihak, terutama kaum buruh dan pekerja. Bahkan, banyak
              saran dari kelompok pekerja dan buruh sudah diakomodasi dalam RUU inisiatif pemerintah itu.
              Karena itu, pemerintah menyesali ada pihak yang menuding RUU Omnibus Law itu lemah dalam
              pelibatan partisipasi publik.

              Sekretaris  Jenderal  Kementerian  Ketenagakerjaan  Anwar  Sanusi  mengatakan,  pembahasan
              dengan  DPR  RI  sendiri  dalam  menyusun  RUU  Omnibus  Law  ini  bahkan  mencapai  64  kali
              pertemuan.  Dalam  konteks  ketenagarkerjaan,  pemerintah  juga  mendapat  mandat  untuk
              melaksanakan dan mengawal klaster ketenagakerjaan.

              "Prosesnya kami selalu melibatkan berbagai serikat pekerja dan buruh. Kami mencatat ada 9 kali
              pertemuan yang kami lakukan, Tim Tripartit antara Apindo, kemudian ada serikat pekerja dan
              serikat buruh," kata Anwar dalam diskusi virtual bertajuk Dinamika RUU Menjadi UU Cipta Kerja.

              Anwar menekankan aspek demokrasi menjadi dasar dalam membahas RUU Omnibus Law itu.
              Karena  itu,  pemerintah  menyadari  ada  perbedaan  pendapat  antara  yang  setuju  dan  tidak
              mengenai  pembahasan  klaster  tenaga  kerja  ini.  Namun,  Anwar  mengingatkan,  Kementerian
              Ketenagakerjaan sudah memperjuangkan setiap aspirasi buruh.

              "Dalam dialog ada yang memang kita proses memberi, tetapi juga harus menerima. Sehingga
              dengan begini Kementerian Ketenagakerjaan berdiri di dua sisi, satu sisi memang memberikan
              perlindungan yang optimal agar yang namanya pekerja, buruh terlindungi. Namun demikian kita
              juga harus memperhatikan aspek yang lain," jelas dia.

              Menurut Anwar, RUU Omnibus Law yang sudah disahkan pada 5 Oktober 2020 lalu bertujuan
              untuk menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. Hal ini melihat penduduk usia kerja produktif
              Indonesia  yang  mencapai  197,91  juta.  Sementara  angka  pekerja  yang  tidak  penuh  atau
              pengangguran mencapai 45,84 juta orang. Angka ini terus bertambah setiap tahun mengingat
              datangnya tenaga kerja baru.

              "Ini adalah mengapa RUU ini dinamakan Cipta Kerja. Artinya kita butuh investasi , etapi saat
              bersamaan kita bagaimana merespons menciptakan berbagai peluang pekerjaan," kata Anwar.

              Anwar  juga  mencatat  ada  beberapa  penolakan  buruh  terkait  isu  tenaga  kerja  asing  (TKA).
              Namun, Anwar mengingatkan bahwa UU Omnibus Law sama sekali tidak memberikan ruang
              kepada TKA untuk masuk. TKA yang masuk hanya boleh memiliki kompetensi khusus yang tidak
              dimiliki tenaga Indonesia dan terikat dalam waktu.

                                                           357
   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362   363