Page 353 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 353

membangun  usaha  dengan  maksimal.  Kemudian,  kata  dia,  ada  penjaminan  dari  pemerintah
              ketika ada pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada buruh dari pengusaha, yakni terkait dengan
              pesangon yang sebagian ditanggung oleh perusahaan dan sebagian lainnya oleh pemerintah.

              Meskipun  juga  kenapa  jadi  beban  pemerintah?  Karena  pengusaha  menyatakan,  ya,  tidak
              sepenuhnya oleh kami, negara pun harus menjamin terhadap situasi kondisi perusahaan," kata
              Asep.

              Selain itu, UU Cipta Kerja juga mengatur soal alih daya karena pegawai alih daya atau kontrak
              semakin jelas status hukum atau basisnya dengan melihat kompetensi, bukan waktu. "Kalau
              kompetensinya  bagus,  dibutuhkan,  ya  akan  terus  dijadikan  karyawan.  Kalau  sekarang  kan,
              outsourcing  itu  sekadar  waktu.  Waktunya  habis  (kontrak),  ya  sudah,  tidak  jelas  nasibnya,"
              terangnya.

              Asep mengatakan hal-hal yang bagus dari UU Cipta Kerja tersebut tidak pernah didiskusikan
              kepada publik dalam jangkauan yang luas, khususnya kepada para tenaga kerja. Jika pemerintah
              partisipatif dan ada pelibatan publik yang luas, khususnya dari tenaga kerja, lanjut dia, mungkin
              daya tolak terhadap UU Cipta Kerja akan kurang.

              "Ketika dialog itu dilakukan, sudah jadi (UU Cipta Kerja, red.) kan mereka menjadi merasa tidak
              punya makna. Jadi, saya kira problem utama dari masalah ini adalah komunikasi yang sangat
              lemah dari pemerintah," kata Asep. (Ant/R-1).


















































                                                           352
   348   349   350   351   352   353   354   355   356   357   358