Page 351 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 351

KELOMPOK MASYARAKAT AJUKAN PERMOHONAN UJI FORMIL UU CIPTAKER

              Sejumlah  masyarakat  asal  Ngawi,  Jawa  Timur  yang  mengatasnamakan  Gerakan  Masyarakat
              Pejuang Hak Konstiusi (GEMA PHK) mengajukan permohonan gugatan uji formil ke Mahkamah
              Konstitusi (MK), Kamis (15/10). Melalui Kuasa Hukumnya, pemohon berdalih UU Cipta Kerja tidak
              menyederhanakan regulasi, lantaran 78 Undang-Undang yang diatur dalam UU Cipta masih tetap
              ada/eksis,  dan  hanya  pasal-pasal  yang  dianggap  menghambat  investasi  saja  yang
              diubah/dihapus dalam UU Cipta Kerja.

              "Kuasa Hukum Pemohon berpendapat Proses Pembentukan UU Cipta Kerja telah menabrak asas-
              asas pembentukan peraturan perundang-undangan, bahkan menabrak konstitusi," kata salah
              satu  Kuasa  Hukum  pemohon  Viktor  Santoso  Tandiasa  dalam  konferensi  pers  secara  daring,
              Kamis.

              Viktor mengatakan, UU Cipta Kerja tidak hanya mengatur pekerja/buruh, tetapi ada 11 kluster
              lainnya, diantaranya penyederhanaan perizinan tanah, persyaratan investasi, ketenagakerjaan,
              kemudahan dan perlindungan UMKM, kemudahan berusaha. Selain itu UU Kerja juga mengatur
              dukungan riset dan inovasi administrasi pemerintahan, pengenaan sanksi, pengendalian lahan,
              kemudahan proyek Pemerintah, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

              "Oleh  karena  itu  yang  berpotensi  dirugikan  ialah  berbagai  macam  kepentingan  kelompok
              buruh/pekerja,  kepentingan  pendidikan  (kapitalisasi  pendidikan),  masyarakat  adat  dan
              lingkungan. jadi semua kelompok ini seharusnya turut menolak uu ciptakerja," ujarnya.

              Kuasa Hukum Pemohon beranggapan UU Cipta Kerja telah melanggar asas kejelasan tujuan,
              asas  kedayagunaan  dan  kehasilgunaan,  serta  asas  kejelasan  rumusan.  Pemohon  juga
              menganggap  pembahasan  UU  Cipta  Kerja  dinilai  juga  melanggar  asas  keterbukaan  lantaran
              dinilai tidak transparan dan tidak partisipatif.

              "Selain  menabrak  asas-asas  pembentukan  perundang-undangan  pembentuk  undang-undang
              telah melanggar prosedur persetujuan dan pengesahan Rancangan Undang-Undang yang diatur
              dalam Pasal 20 Ayat (4) DanPasal 72 Ayat (2) UU Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
              Undangan berserta penjelasannya," ucapnya.

              Pemohon  meyakini,  jika  permohonan  uji  formil  ini  dikabulkan  maka  putusannya  akan
              membatalkan seluruh UU Cipta Kerja. Namun jika memang pembentuk uu memiliki political will,
              pemohon berharap agar pembentuk undang-undang dapat langsung saja memasukan materi
              muatan yang menguntungkan rakyat dalam UU Cipta Kerja dipindah ke UU induknya dengan
              cara segera melakukan revisi dan disahkan.

              "Sudah Ada Contoh UU KPK,UU MK, UU Minerba yang dibahas dan disahkan serta diundangkan
              dengan proses yang sangat cepat," ungkapnya.

              Viktor juga menanggapi terkait isu yang menyebut bahwa presiden sudah meminta dukungan
              kepada MK terkait UU Cipta Kerja. Pemohon tetap optimis bahwa proses pembentukan UU Cipta
              Kerja menabrak asas-asas serta nilai-nilai konstitusionalisme.

              "Inilah  momentum  untuk  kita  melihat  komitmen  mahkamah  sebagai  penjaga  konstitusi  dan
              pelindung hak-hak yang dijamin oleh konstitusi untuk ditegakkan di tengah gencarnya hastag
              mosi tidak percaya kepada DPR," tuturnya.








                                                           350
   346   347   348   349   350   351   352   353   354   355   356