Page 356 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 356

Pembukaan  Rakor  dihadiri  Menteri  Ketenagakerjaan,  Ida  Fauziyah;  Kepala  BP2MI,  Benny
              Rhamdani; Dirjen Binapenta dan PKK Kemnaker, Suhartono; Dirjen Binalattas, Budi Hartawan;
              dan Pejabat Tinggi Madya dan Pratama di lingkungan Kemnaker.

              Menaker Ida dalam sambutannya mengemukakan sejumlah persoalan menyangkut implementasi
              UU PPMI yang perlu penanganan segera, seperti pelaksanaan tentang pasal 39 huruf o.

              Menurut  Menaker  Ida,  pasal  tersebut  mengamanatkan  bahwa  pemerintah  pusat  mempunyai
              tugas dan  tanggung  jawab  menyediakan  dan memfasilitasi  pelatihan  CPMI  melalui  pelatihan
              vokasi yang anggarannya berasal dari fungsi pendidikan. Namun dalam praktiknya, belum ada
              kejelasan, baik dari tingkat pusat sampai ke provinsi, kabupaten/kota.

              "Hal ini harus menjadi prioritas pemikiran kita bersama, agar dapat memberi kejelasan kepada
              pemerintah daerah dan juga memberi kepastian berusaha kepada stakeholder kita, khususnya
              kepada P3MI," kata Menaker Ida.

              Persoalan lain yang dikemukakanMenakerIda, ialah tentang interkoneksi sistem. Ia mengatakan,
              sampai saat ini, interkoneksi sistem masih menjadi persoalan karena terlalu banyaknya sistem
              yang ada dalam birokrasi.

              Ia  menginginkan  semua  sistem  yang  terlibat  dalam  proses  penempatan  PMI  berpusat  pada
              SISNAKER yang sudah dibuat di Kemnaker.

              Menurutnya, SISNAKER yang telah dibuat dan masih terus dikembangkan ini pada hakikatnya
              merupakan suatu ekosistem dalam rangkaian layanan ketenagakerjaan, dari mulai layanan antar
              kerja,  informasi  pasar  kerja,  penyuluhan  bimbingan  jabatan,  perantaraan  kerja,  pelatihan,
              sertifikasi, hingga wajib lapor ketenagakerjaan.

              "Hal ini penting agar kita mempunyai big data yang real time. Karena data yang valid berdampak
              pada keputusan yang benar," ucapnya.

              Selain kedua persoalan di atas, ia juga menyinggung sulitnya klaim di BPJS Ketenagakerjaan,
              pembebasan biaya penempatan PMI, dan pemberdayaan PMI dan keluarga.

              Sementara Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, menyatakan, terdapat tiga Rancangan Peraturan
              Pemerintah  sebagai  amanat  UU  No.  18/2017  yang  masih  belum  diselesaikan.  Padahal,  kata
              Benny, tiga RPP itu sangat dibutuhkan pada waktu sekarang ini.

              Ketiga  RPP  tersebut  tentang  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia;  Penempatan  dan
              Pelindungan Awak Kapal Niaga Migran dan Awak Kapal Perikanan Migran; serta tentang tugas
              dan wewenang atase ketenagakerjaan.

              "Pesan Presiden sangat jelas dan tegas, 'jangan pernah ada lagi PMI kita yang dianiaya di luar
              negeri. Jangan sampai PMI kita dibebani dengan berbagai biaya dan hutang yang pada akhirnya
              memupus mimpi-mimpi mereka untuk sejahtera, membajak harapan mereka untuk menjadikan
              keluarga mereka lebih sejahtera'," terang Benny.

              Oleh  karena,  kata  Benny,  pasal  4  di  Perkabadan  secara  tegas  menyebutkan,  PMI  dan
              keluarganya tidak dapat dibebani pinjaman yang dipaksakan secara sepihak oleh pihak manapun
              sebagai  biaya  penempatan  yang  menimbulkan  kerugian  sepihak  dan/atau  berakibat  pada
              pemotongan penghasilan selama bekerja di negara tujuan penempatan.







                                                           355
   351   352   353   354   355   356   357   358   359   360   361