Page 380 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 380

Survei Jobstreet: 35 Persen Pekerja RI Kena PHK, Paling Banyak di Sektor Hospitality Country
              Manager Jobstreet Indonesia, Faridah Lim mencatat sebanyak 54 persen pekerja di Indonesia
              mengalami dampak signifikan akibat pandemi Covid-19. Dari jumlah itu, sebanyak 35 persen
              diberhentikan secara permanen, dan 19 persen sisanya dirumahkan sementara.

              "Itu adalah data yang kita dapatkan bahwa valid terjadinya pemutusan hubungan kerja dari
              dunia usaha pada dunia kerja," kata dia dalam video conference di Jakarta, Rabu (6/10).

              Adapun pekerja yang paling terkena dampaknya dalam hal pemberhentian kerja permanen atau
              sementara yakni di sektor hospitality atau catering yang mencapai 85 persen. Kemudian diikuti
              oleh pariwisata dan travel yakni 82 persen. Selanjutnya, industri pakaian, garmen, textile juga
              mengalami  dampak  besar  terhadap  pemberhentian  pekerja  atau  sementara  yakni  hampir
              sebesar 71 persen. Juga industri makanan dan minuman ini juga terdampak cukup signifikan
              mencapai 69 persen, kemudian arsitektur bangunan 64 persen.

              "Mungkin sedikit data di bawah profile siapa sih pekerja yang paling dominan terdampak adalah
              yang mereka sedang tidak bekerja full time itu mencapai 67 persen. dan sisi penghasilan juga
              kita bisa lihat bahwa yang paling tinggi terdampak adalah yang penghasilan dibawah Rp2,5 juta
              itu mencapai 74 persen," sambung dia.


              Reporter: Dwi Aditya PutraSumber: Merdeka.com
              UU Cipta Kerja Dinilai Bikin Buruh Rentan Terkena PHK, Ini Jawaban Menaker

              Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah menyebut, terlalu dini untuk menilai jika UU Cipta Kerja
              akan membuat buruh rentan terkena PHK. Sebab, dia menilai semangat undang-undang anyar
              ini justru telah banyak mengakomodir kepentingan buruh.

              "Sangat prematur apabila secara tergesa-gesa kita menyimpulkan bahwa UU Cipta Kerja akan
              rentan terhadap PHK pekerja/buruh. Padahal semangat yang dibangun dalam RUU Cipta Kerja
              ini justru untuk memperluas penyediaan lapangan kerja dan meningkatkan kualitas perlindungan
              bagi pekerja/buruh, utamanya perlindungan bagi pekerja/buruh yang mengalami PHK melalui
              program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP)," tegas Ida di Jakarta, Selasa (6/10).

              Lebih jauh, Ida juga menanggapi polemik yang terjadi pada tataran masyarakat atas penolakan
              pengesahan  Undang-Undang  (UU)  Cipta  Kerja.  Menurutnya,  ada  dua  cara  yang  akan  di
              maksimalkan pemerintah untuk meyakinkan masyarakat agar legowo menerima kehadiran UU
              kontroversial itu.

              "Bagaimana meyakinkan para buruh untuk menerima RUU Cipta Kerja agar tujuan utama RUU
              memulihkan ekonomi tercapai?. Terdapat 2 (dua) hal penting yang dilakukan oleh Pemerintah,"
              jelasnya.

              Petama,  mengintensifkan  dialog  dengan  pemangku  berbagai  pemangku  kepentingan.
              "Utamanya unsur pekerja/buruh dan pengusaha dengan dibantu jejaring kementerian/lembaga
              terkait  serta  pemerintah  daerah,  khususnya  dinas-dinas  yang  membidangi  urusan
              ketenagakerjaan di daerah," jelasnya.

              Terakhir, Pemerintah segera menyusun peraturan pelaksanaan UU Cipta Kerja dalam bentuk
              Peraturan Pemerintah dan peraturan lain dibawahnya.

              "Hal ini untuk meyakinkan kepada pekerja/buruh bahwa amanat perlindungan terhadap hak-hak
              pekerja/buruh sebagaimana diatur dalam UU Cipta Kerja dapat segera dijalankan," terangnya.




                                                           379
   375   376   377   378   379   380   381   382   383   384   385