Page 398 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 398

Oleh karena itu, dia meminta polemik atas pengesahan UUCipta Kerjadapat segera diselesaikan.
              Sehingga percepatan penyusunan berbagai aturan dapat segera diselesaikan oleh pemerintah.
              "Nanti kalau tidak puas atau ada aturan silahkan bisa disampaikan ke Mahkamah Konstitusi.
              Kalau tidak puas dengan aturan turunan atau PP silahkan sampaikan ke pemerintah dengan
              baik," tutupnyaReporter: SulaemanSumber: Merdeka.comOmnibus Law Undang-Undang (UU)
              Cipta  Kerja  dipercaya  bisa  meningkatkan  serapan  tenaga  kerja,  termasuk  kelompok
              pengangguran yang terus bertambah di tengah pandemi Covid-19. UU ini juga dipercaya bisa
              meningkatkan produktivitas pekerja Indonesia.

              Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menjelaskan, saat ini ada
              sekitar 7 juta orang, mulai dari Aceh sampai Papua yang sedang mencari lapangan pekerjaan.
              Sedangkan  angkatan  kerja  per  tahun  sekitar  2,9  juta  orang.  Kementerian  Ketenagakerjaan
              (Kemnaker)  mencatat  ada  3,5  juta  tenaga  kerja  terkena  PHK.  Di  sisi  lain  Kadin  Indonesia
              mencatat sekitar 5 juta orang yang terkena PHK. Maka total lapangan pekerjaan yang perlu
              disiapkan oleh pemerintah mencapai 15 juta jiwa.

              "Untuk memberikan solusi bagi 15 juta pencari pekerjaan ini, maka negara harus menciptakan
              lapangan pekerjaan. Namun tidak mungkin seluruhnya akan terserap lewat penerimaan PNS
              (Pegawai Negeri Sipil), BUMN (Badan Usaha Milik Negara), TNI maupun Polri. Oleh karena itu
              untuk menciptakan lapangan pekerjaan tersebut harus melalui sektor swasta. Instrumen sektor
              swasta  inilah  yang  dimaksud  dengan  investasi, karena  investasi  ini  yang  dapat  menciptakan
              lapangan pekerjaan," ujar Bahlil, Jumat (16/10/2020).

              Lanjutnya, Bahlil juga meyakinkan kepada para pelajar Indonesia bahwa UU kontroversial itu ini
              sangat mendukung dan melindungi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sehingga lulusan
              perguruan  tinggi  tidak  hanya  memilih  menjadi  karyawan  atau  pekerja,  namun  bisa  menjadi
              pengusaha untuk membantu pemerintah dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

              "Undang-undang  ini  menjamin  adek-adek  setelah  lulus  kuliah  menjadi  pengusaha,  dengan
              kemudahan yang ada pada undang-undang ini. UMK (Usaha Mikro dan Kecil) hanya perlu NIB
              (Nomor Induk Berusaha). Semuanya elektronik lewat OSS (Online Single Submission), 3 jam
              beres," tegasnya.

              Sementara itu Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi menyampaikan
              tentang tingkat produktivitas tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain
              di  ASEAN.  Menurutnya,  implementasi  UU  Cipta  Kerja  diharapkan  akan  terus  mendorong
              peningkatan produktivitas melalui berbagai pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Saat ini
              tercatat sekitar 56,6 persen pengangguran terbuka berumur 15 hingga 24 tahun.

              Kemudian, untuk pekerja tidak penuh, kelompok umur 55 tahun ke atas mengisi 29 persen porsi
              dalam pekerja paruh waktu dan kelompok umur 25-34 tahun mengisi 26 persen dari seluruh
              pekerja setengah penganggur.

              "Produktivitas angkatan kerja di Indonesia termasuk rendah, kita masih di bawah Malaysia dan
              Laos, bahkan di bawah rata-rata negara ASEAN," ungkapnya.

              Pun, UU yang terus menuai polemik ini diklaim melindungi tiga posisi ketenagakerjaan. Pertama,
              masyarakat  yang  belum  bekerja,  maka  pemerintah  menciptakan  lapangan  pekerjaan  melalui
              investasi. Kedua, masyarakat yang memiliki pekerjaan mempunyai perlindungan. Ketiga, ketika
              terjadi pemutusan pekerjaan akan tetap terlindungi.

              "Kami  melihat  pemerintah  ingin  mendorong  peluang  ekonomi  dan  memberikan  kemudahan
              kepada  berbagai  pihak  untuk  berbisnis.  Namun  di  sisi  lain,  perlu  disadari  UU  ini  merupakan
              integrasi dari berbagai UU yang menimbulkan kompleksitas tersendiri dari substansi, perspektif
              hukum dan kepentingan masyarakat," tutupnya. Reporter: SulaemanSumber: Merdeka.com.
                                                           397
   393   394   395   396   397   398   399   400   401   402   403