Page 61 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 61

BURUH OGAH BAHAS UU CIPTAKER

              FEBRIANTO ADI SAPUTRO,

              SAPTO ANDIKA CANDRA

              Pemerintah  disebut  mulai  mengirimkan  undangan  bagi  pihak-pihak  terkait  untuk  membahas
              regulasi  turunan  Undang-Undang  Cipta  Kerja  (UU  Ciptaker).  Meski  begitu,  sejumlah  elemen
              serikat buruh masih menolak ikut dalam pembahasan tersebut.

              Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) mengaku, sudah mendapatkan undangan
              dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) untuk terlibat dalam pembahasan rancangan
              peraturan  pemerintah  (RPP)  UU  Cipta  Kerja.  "Kemenaker  sudah  mengundang  kita  untuk
              penyusunan PP dan meminta nama-nama yang akan ikut penyusunan turunan UU, tapi KSBSI
              tidak akan mengirimkan nama untuk hadir," kata Presiden KSBSI, Elly Rosita Silaban, kepada
              Republika, Ahad (18/10).

              Dalam surat Kemenaker bernomor 4/80i/HI. 03. 00/X/2020 yang diterima Republika dari Elly,
              dijelaskan bahwa RPP yang dibahas mengenai sejumlah hal, di antaranya mengenai hubungan
              kerja, waktu kerja, waktu istirahat, PHK, pengupahan, jaminan kehilangan pekerjaan (JKP), dan
              tenaga kerja asing. Serikat pekerja dan serikat buruh diminta untuk mengirimkan nama paling
              lambat  15  Oktober.  Elly  menjelaskan,  KSBSI  tidak  mengirimkan  nama  karena  masu  kecejva
              dengan masukan-masukan sebelumnya, yang tak sepenuhnya ditampung dalam draf final UU
              Cipta Kerja.

              Sementara  itu,  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  juga  menegaskan,  tidak  akan
              terlibat dalam pembahasan aturan turunan UU Cipta Kerja. "Terkait dengan aturan turunan, KSPI
              menolak  untuk  terlibat  dalam  pembahasan,"  kata  Ketua  Departemen  Komunikasi  dan  Media
              KSPI, Kahar S Cahyono, Ahad (18/10).

              Kahar menyatakan, pihaknya saat ini tengah mempersiapkan ke Mahkamah Konstitusi untuk uji
              formal  dan  uji  materi.  Kemudian,  meminta  tinjauan  legislative  review  ke  DPR  dan  tinjauan
              eksekutif ke pemerintah.

              Uji materi ke MK didasari pada anggapan pihak penolak baliw?, pasal-pasal di regulasi usulan
              pemerintah  itu,  menyalahi  konstitusi  negara  sehingga  bisa  dibatalkan.  Sedangkan  tinjauan
              legislatif  dan  eksekutif  mengupayakan  pembatalan  regulasi  sepenuhnya,  terkait  proses
              pembuatan regulasi itu.

              UU Cipta Kerja dalam pembahasannya sejak Februari-Oktober 2020, memang diwarnai sejumlah
              kejang-galan. Di antaranya, soal isi draf yang berubah-ubah, bahkan 'setelah pengesahan RUU
              Cipta Kerja diketok palu dalam sidang paripurna pada 5 Oktober.

              Selain itu, pembahasan juga tergolong lekas. Waktu pengesahan yang sempat disepakati pada
              8 Oktober 2020 juga secara mendadak dimajukan harinya menjadi 5 Oktober 2020. Pada sidang
              paripurna pengesahan itu, sebagian anggota DPR juga mengeklaim sama sekali tak memegang
              naskah fisik ataupun digital RUU Cipta Kerja.

              Kahar menambahkan, KSPI juga mendesak agar pemerintah tidak kejar tayang dalam menyusun
              aturan turunan UU Cipta Kerja. Hal tersebut karena saat ini, UU Cipta Kerja masih terus ditentang
              buruh dan sejumlah elemen lainnya.

              Gerakan Kesejahteraan Nasional (Gekanas) juga menegaskan, pihaknya tetap menolak Undang-
              Undang (UU) Cipta Kerja yang telah disahkan pada 5 Oktober 2020. Presidium Gekanas, Indra
              Munaswar mengaku tak ambil pusing terkait pembuatan aturan turunan UU Cipta Kerja, yang


                                                           60
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66