Page 92 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 92

ATURAN TURUNAN WAJIB DIKAWAL

              Penyusunan aturan turunan dari Undang-Undang Cipta Kerja perlu dikawal untuk menjamin tidak
              adanya pengambilalihan tugas dari pemerintah daerah oleh pemerintah pusat. Hal yang perlu
              dikawal terutama yang terkait dengan perizinan serta penentuan tarif pajak dan retribusi daerah.

              Pasalnya, perihal disunatnya fungsi daerah sempat timbul tenggelam dalam beberapa versi draf
              Undang-Undang  (UU)  Cipta  Kerja.  Kemungkinan  mengenai  terpangkasnya  peran  pemerintah
              daerah dalam mendukung program investasi masih cukup beralasan sampai pemerintah pusat
              merilis aturan turunan.

              Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Robert Na Endi
              Jawen  mengatakan  bahwa  pengawalan  ini  wajib  dilakukan  untuk  meminimalkan  adanya
              multitafsir aturan yang memang sering terjadi selama ini.

              Menurutnya, ada dua jenis peraturan turunan yang patut dipantau. Pertama, soal siapa pihak
              yang memiliki kewenangan tertentu. Menurutnya, hal itu perlu diperinci sampai pada porsi tugas
              yang dijalankan oleh pemerintah daerah atau kementerian/lembaga (K/L) teknis.

              Kedua terkait dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK). Apabila pembagian pada
              poin pertama sudah jelas, NSPK perlu terstandar secara nasional. Dengan demikian, tidak ada
              lagi perbedaan antara daerah satu dan lainnya. "PP [peraturan pemerintah) itu harus terjaga
              dalam semangat untuk memastikan bahwa urusan-urusan itu tetap terbagi. Kari Indonesia itu
              kompleks sekali.

              Harus dikerjakan bersama antara pusat, provinsi, dan kebupaten/ kota," jelasnya kepada Bisnis,
              Minggu (18/10).

              Selama ini, menurutnya, perdebatan terjadi disebabkan oleh minimnya sosialisasi yang dilakukan
              oleh pemerintah pusat, sehingga menimbulkan kegaduhan di tingkat bawah.

              Dia mencontohkan terkait dengan kesesuaian peruntukan lokasi yang sebelumnya disebut izin
              lokasi.  Persetujuan  tersebut  sangat  penting  karena  menyangkut  rencana  detail  tata  ruang
              (RDTR) yang disusun oleh daerah.

              Adapun,  UU  Cipta  Kerja  mengamanatkan  izin  tersebut  dikeluarkan  oleh  pemerintah  pusat.
              Namun, apabila dibaca secara rinci, pemerintah pusat memberikan restu sesuai dengan RDTR
              yang dibuat oleh daerah. "Jadi pemerintah daerah punya kewenangan yang besar seperti apa
              pembangunan kewilayahan di daerahnya," kata dia.

              Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) Abdullah
              Azwar  Anas  menuturkan  bahwa  Omnibus  Law  Cipta  Kerja  memberikan  legalitas  kepada
              pemerintah pusat untuk dapat melakukan intervensi atas kebijakan pajak dan retribusi daerah
              demi mendukung kemudahan iklim investasi.

              Namun, dia berharap intervensi pusat hendaknya didahului dengan evaluasi dan pengawasan
              preventif atas rancangan peraturan daerah terkait dengan pajak dan retribusi sebagai bagian
              dari tugas pembinaan serta pengawasan oleh pemerintah pusat.

              Bila  penghapusan  kewenangan  berdampak  pada  pengurangan  penerimaan  daerah,  Apkasi
              meminta agar hal tersebut dapat dikompensasi melalui subsidi pemerintah pusat.

              Anas melihat pelaksanaan UU Cipta Kerja perlu didukung oleh 34 aturan turunan atau teknis
              berbentuk PP dan lima peraturan presiden baru.





                                                           91
   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97