Page 93 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 93

"Untuk  itu,  Apkasi  meminta  kepada  pemerintah  agar  memperhatikan  aspirasi  pemerintah
              kabupaten dan melibatkan Apkasi secara proporsional dalam penyusunan peraturan pelaksana
              UU Cipta Kerja tersebut," jelasnya.

              KOMUNIKASI PRODUKTIF

              Dia menambahkan polemik yang selama ini muncul disebabkan tidak adanya komunikasi yang
              produktif antara pemerintah pusat dan daerah.

              Oleh karena itu, Anas meminta pemerintah pusat juga berunding bersama dengan pemerintah
              daerah terkait dengan penyusunan aturan turunan.

              Dia berpendapat selama ini setiap ada perubahan UU tentang pemerintahan daerah atau UU
              sektoral yang kontennya betkenaan dengan kewenangan daerah, diikuti dengan penarikan atau
              pengalihan kewenangan dari daerah oleh pemerintah pusat.
              Apkasi mencatat proses resentralisasi kewenangan dimulai sejak pergantian UU No. 22/1999
              menjadi UU No. 32/2004, dan peigantian UU No. 32/2004 menjadi UU No. 23/2014 tentang
              Pemerintahan Daerah.

              Menurutnya, hal itu tidak sejalan dengan komitmen reformasi pemerintahan daerah pada 1998
              silam. "Di mana pemberian kewenangan kepada daerah bertujuan memberdayakan daerah dan
              mengurangi  beban  pemerintah  pusat  dalam  menyelenggarakan  pelayanan  publik  dan
              memberdayakan masyarakat," kata dia.
              Di sisi lain, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri
              Hartati  menjelaskan  bahwa  omnibus  law  disusun  untuk  mendorong  produktivitas  sektor
              manufaktur.

              Jika  sektor  manufaktur  mampu  bersaing,  dia  menegaskan  serapan  tenaga  kerja  juga  bakal
              meningkat. Hal inilah yang menjadi semangat utama pemerintah dalam menyusun omnibus law.

              Regulasi  sapu  jagat  itu  pun  memiliki  konsekuensi  yang  cukup  besar,  yakni  terpangkasnya
              kewenangan daerah. Namun, Enny menilai perpindahan kewenangan daerah ke pusat untuk
              sektor manufaktur tidak terlalu berisiko.

              Alasannya,  fungsi  dan  wewengan  daerah  untuk  proses  perizinan  dan  pengoperasian  bisnis
              manufaktur tidak terlalu besar. "Selama ini yang kami khawatirkan yang terkait dengan ekstraktif
              (pengambilan kekayaan alam). Kalau pemda sudah tidak ada lagi, by pass sekali," jelasnya. 0

              "PP [peraturan pemerintah] itu harus terjaga dalam semangat untuk memastikan bahwa urusan-
              urusan itu tetap terbagi. Kan Indonesia itu kompleks sekali. Harus dikerjakan bersama antara
              pusat, provinsi, dan kebupaten/kota.

              RUANG BAGI DAERAH

              Setelah menerima penolakan, pemerintah pusat akhirnya memberikan ruang bagi pemerintah
              daerah dalam penentuan perizinan investasi dl UU Cipta Kerja yang penuh dengan polemik.


              Seberapa  besar  porsi  daerah  dalam  mengendalikan  perizinan?  Masih  adakah  kewenangan
              pemerintah daerah yang dipangkas?

              Bagaimana konsekuensinya bagi pemerintah daerah?

              Sumber

              Draf UU Cipta Kerla. BISNIS/TRI UTOMO

                                                           92
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98