Page 217 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 OKTOBER 2020
P. 217

JOKOWI UTUS PRATIKNO ANTARKAN NASKAH UU CIPTAKER KE PBNU & MUI

              Klaim pihak Istana, penyerahan naskah UU Cipta Kerja ke Ketum PBNU dan pimpinan MUI untuk
              mendengar masukan semua pihak. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno bertemu
              dengan  pimpinan  Nahdlatul  Ulama  (NU)  dan  Majelis  Ulama  Indonesia  (MUI),  Minggu
              (18/10/2020).  Pertemuan  tersebut  merupakan  atas  perintah  Presiden  Joko  Widodo  sambil
              membawa naskah Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja (UU Ciptaker). "Pak Mensesneg
              diperintahkan langsung oleh Presiden Jokowi untuk mengantar naskah UU Cipta Kerja ke NU dan
              MUI," kata Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Bey Machmudin saat dikonfirmasi, Minggu
              (18/10/2020).

              Pratikno, kata Bey, mendatangi langsung rumah Ketua Umum NU KH Said Agil Siradj. Kemudian
              Pratikno  berangkat  menuju  kediaman  Wakil  Ketua  Umum  MUI  Muhyiddin  Junaidi  juga  di
              kediamannya.  Pemerintah  juga  sebelumnya  menjadwalkan  untuk ke  rumah  Ketua  Umum  PP
              Muhammadiyah Haedar Nasir, tetapi belum terlaksana.

              "Awalnya rencananya, naskah UU Cipta Kerja ini juga akan diberikan kepada Muhammadiyah,
              namun Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir sedang di luar kota," kata Bey. Bey
              mengatakan, penyerahan UU Cipta Kerja dilakukan untuk mendengar masukan semua pihak. Hal
              tersebut sebagai tindak lanjut komitmen pemerintah dalam masukan pembuatan aturan turunan
              UU Cipta Kerja baik berbentuk PP dan Perpres. "Pak Mensesneg juga tadi menyampaikan, bahwa
              pemerintah  benar-benar  terbuka  terhadap  masukan  dari  semua  pihak  dalam  membuat
              peraturan-peraturan turunan. Dalam hal ini tadi NU, MUI, dan Muhammadiyah," kata Bey.

              Bey pun menerangkan, sosialisasi tidak hanya kepada MUI, NU dan Muhammadiyah. Jokowi juga
              memerintahkan seluruh menteri untuk mensosialisasikan UU Cipta Kerja dan menyerap aspirasi
              dari akademisi, ormas, serikat pekerja, atau masyarakat langsung. "Caranya bagaimana, bisa
              melalui seminar, workshop, FGD, talkshow, atau media lain yang dimiliki pemerintah termasuk
              media sosial," kata Bey.

              Sudah  lebih  dari  sepekan  DPR  RI  mengesahkan  UU  Cipta  Kerja  dalam  rapat  paripurna.
              Pemerintah saat ini sedang gencar mensosialisasikan UU Cipta Kerja ke publik melalui ormas-
              ormas ataupun serikat pekerja. Namun, hingga saat ini tak ada jalan bagi publik untuk bisa
              mengakses draf tersebut lewat kanal-kanal resmi. UU kontroversial tersebut disahkan pada 5
              Oktober, dan sudah diserahkan ke Presiden Joko Widodo 14 Oktober lalu.

              Padahal, memberikan jalan lebar bagi publik untuk mengakses draf resmi bisa menjadi upaya
              kesimpang siuran dokumen sudah memakan banyak korban warga sipil yang ditangkap karena
              menyebarkan hoaks pasal-pasal Omnibus Law. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama
              (PBNU) Said Aqil Siroj memang sempat menyatakan rakyat kecil dirugikan akibat aturan sapu
              jagat ini.

              "Baru kemarin ada keputusan DPR, UU Cipta Kerja, Cilaka namanya. Itu jelas tidak seimbang,
              hanya menguntungkan satu kelompok, hanya menguntungkan konglomerat, kapitalis, investor.
              Tapi menindas, menginjak, nasib para buruh, tani, rakyat kecil," kata Said, di Unusia Jakarta,
              Rabu (7/10/2020).

              Menurutnya, UU Ciptaker menganggap lembaga pendidikan layaknya perusahaan. Kata dia, hal
              tersebut tidak bisa dibenarkan. Apalagi lanjut Said, di era keterbukaan seperti sekarang ini yang
              sangat  bebas  dan  liberal,  ditambah  dengan  sistem  kapitalisme,  membuat  nasib  rakyat  kecil
              semakin  tertindas.  Begitu  pun  dengan MUI yang  tegas  menolak  UU  Ciptaker karena  hanyan
              menguntungkan pengusaha saja. Sementara Muhammadiyah melalui Ketua PP Muhammadiyah
              Anwar Abbas menganggap perpolitikan Indonesia kini telah dikuasai oligarki. Hal itu terlihat jelas
              saat sedikitnya anggota DPR RI yang berani menyuarakan suara yang berbeda dari kepentingan
              pimpinan partainya.

                                                           216
   212   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222