Page 88 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 OKTOBER 2020
P. 88

Selanjutnya, Menko Maritim dan Investasi yang diisi oleh Luhut Panjaitan pun dianggap tidak
              fokus. Luhut disebut melaksanakan pekerjaan yang bukan bidangnya."Seharusnya dia sekarang
              ini mengurus terkait efektivitas tol laut kemudian bagaimana mempercepat komitmen-komitmen
              investasi untuk masuk ke Indonesia. Tapi yang kemudian diurus menjadi satgas Covid-19. Dan
              ini akhirnya dia tidak memiliki fokus yang spesifik," ujar Bhima.

              Sementara catatan untuk Menteri Keuangan Sri Mulyani pun ada. Bhina menilai Sri Mulyani belum
              bekerja  dengan  maksimal.  Ini  terlihat  dari  relokasi  anggaran  yang  tidak  dilakukan  secara
              maksimal sementara pemulihan ekonomi lebih mengandalkan utang.

              Padahal menurut Bhima, penerbitan utang ini akan menimbulkan berbagai permasalahan. Tak
              hanya  itu,  dia  juga  menganggap  Kemenkeu  belum  maksimal  mendorong  realisasi  program
              pemulihan ekonomi nasional (PEN).

              Bahkan, terjadi berbagai permasalahan teknis misalnya kementerian/lembaga yang berkali-kali
              merevisi  dipa.  "Ini  artinya  kan  panduan  teknis  dan  pendampingan  dari  Kemenkeu  pada
              kementerian/lembaga terkait sehingga serapan bisa menjadi lebih cepat ini masih lemah,' kata
              dia.

              Tak  hanya  itu,  Bhima  pun  menyoroti  kinerja  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  yang
              dianggap kurang kompeten. Menurutnya, Menaker seakan alpa di tengah kondisi adanya UU
              Cipta Kerja dan di tengah banyaknya PHK.

              Bhima menyebut, Menaker tidak mampu menjadi mediator di tengah konflik antara pengusaha
              dan  pekerja.  Bahkan,  menurut  Bhima,  pihak  yang  lebih  banyak  menjelaskan  UU  Cipta  Kerja
              justru BKPM.

              "Padahal ini menyangkut hak-hak pekerja yang harusnya dimediasi oleh Kemnaker, dia dianggap
              juga kemudian tidak tegas dalam melindungi pekerja lokal, ketika masa pandemi, TKA dari China
              masih masuk ke Indonesia," katanya.Hal yang sama juga dilihat pada Menteri Pertanian yang
              belum menunjukkan kinerja yang positif dalam hal produksi pangan. Bahkan, saat ini masih
              banyak  petani  yang kesulitan  mendapatkan pupuk  bersubsidi  ketika  memasuki  masa  tanam.
              Harga jual di level petani juga relatif rendah.

              "Kementan juga malah sibuk bikin kalung anti corona yang kontra produktif di luar dari tugas
              pokok dan fungsi (tupoksi)," jelasnya.

              Menteri Perdagangan pun tak lepas dari sorotan Bhima. Menurut dia, belum ada terobosan dalam
              kinerja ekspor dan masih mengandalkan pasar tradisional.

              Dia  pun  menilai  surplus  neraca  dagang yang terjadi  selama  5  bulan berturut-turut  hanyalah
              semu. Mengingat itu terjadi karena turunnya impor barang baku, modal dan konsumsi.

              Padahal,  Kemendag  bersama  dengan  atase  perdagangan  dan  kedutaan  besar  bisa  saling
              berkoordinasi untuk memperluas pasar di luar negeri, misalnya melihat barang apa yang bisa
              Indonesia siapkan karena tingginya permintaan atas barang tersebut di tengah pandemi.

              "Jadi kita harus membaca tren perubahan permintaan secara global maupun pemetaan pasar-
              pasar  alternatif  lebih  serius  karena  landscapenya  berubah  total  dengan  adanya  pandemi,"
              jelasnya.

              Lalu, Menteri BUMN pun dianggap terlalu banyak mengeluarkan konsep tetapi aksinya minim.
              Menurutnya,  daripada  melakukan  holding,  lebih  baik  dilakukan  penyelamatan  BUMN  dalam
              jangka pendek mengingat banyak BUMN yang mengalami kerugian finansial selama pandemi.




                                                           87
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93