Page 226 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 226

Jika  usulan  dan  masukan  dari  masyarakat  yang  bertentangan  dengan  UU  Cipta  Kerja,  tidak
              munutup  kemungkinan  banyak  pihak  yang  akan  mengajukan  judicial  review  (uji  materi)  ke
              Mahkamah Agung.

              Oleh karena itu, kementerian yang menyiapkan rancangan peraturan pemerintah (RPP) perlu
              kecermatan ketika menerima usulan dan masukan dari pemangku kepentingan. Dengan kata
              lain, tidak asal mengakomodasi kepentingan semua pihak dengan mengabaikan keharmonisan
              antara PP dan UU Cipta Kerja.

              Sejumlah  kementerian  telah  menyiapkan  RPP,  di  antaranya  Kementerian  Agraria  dan  Tata
              Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) yang tengah merampungkan lima RPP sebagai
              turunan atau aturan pelaksanaan dari UU Cipta Kerja.

              Sebagaimana diwartakan Jumat (16/10), Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan A. Djalil mengatakan
              bahwa pihaknya akan mengundang sejumlah pihak untuk memberikan aspirasi terkait dengan
              penyusunan RPP.
              Kelima RPP yang dimaksud adalah RPP tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; RPP tentang
              Bank Tanah; RPP tentang Pemberian Hak Atas Tanah; RPP tentang Penyelenggaraan Pengadaan
              Tanah untuk Kepentingan Umum; serta RPP tentang Kawasan dan Tanah Telantar.

              Lima RPP klaster pertanahan di bawah Kementerian ATR/BPN itu ditargetkan rampung paling
              tidak  1,5  bulan.  Apalagi,  Presiden  Joko  Widodo  memerintahkan  seluruh  kementerian  untuk
              segera merampungkan RPP.

              Tidak pelak lagi, Kementerian ATR/BPN bersama kementerian lain pun harus merampungkan
              drafnya meskipun undang-undang memungkinkan 3 bulan.

              "Saya yakin semua RPP ini akan jadi 1,5 bulan setelah UU ini diundangkan," kata Mantan Menko
              Perekonomian tersebut.

              Menyinggung soal bank tanah, dia menegaskan bahwa RPP ini akan melengkapi Kementerian
              ATR/BPN tidak hanya sebagai land regulator , tetapi juga land manager atau pengelola tanah.

              Melalui institusi bank tanah, ATR/BPN dapat mengambil alih tanah-tanah telantar dan tak bertuan
              untuk kepentingan masyarakat, seperti perumahan, taman, dan fasilitas umum.

              Undang-Undang Cipta Kerja ini juga memberikan penguatan hak pengelolaan (HPL). Selama ini,
              tanah yang dimiliki oleh pemerintah daerah diberikan hak pakai dan tidak bisa digunakan untuk
              kepentingan yang lebih produktif.

              Sebelumnya, ditegaskan Presiden bahwa bank tanah ini diperlukan untuk menjamin kepentingan
              umum,  kepentingan  sosial,  kepentingan  pembangunan  nasional,  pemerataan  ekonomi,  dan
              konsolidasi lahan, serta reforma agraria.

              "Ini sangat penting untuk menjamin akses masyarakat terhadap kepemilikan tanah, kepemilikan
              lahan, dan kita selama ini tidak memiliki bank tanah," kata Presiden di Istana Kepresidenan RI,
              Bogor, Jumat (9/10).

              Libatkan buruh Tidak hanya Kementerian ATR/BPN, Kementerian Ketenagakerjaan pun tengah
              mempersiapkan PP sebagai turunan dari UU Cipta Kerja klaster ketenagakerjaan.
              Bahkan,  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  akan  melibatkan  berbagai  pemangku
              kepentingan sektor ketenagakerjaan, termasuk serikat pekerja/buruh serta pengusaha.

              Namun, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyatakan bahwa
              pihaknya tidak akan terlibat dalam pembahasan aturan turunan UU Cipta Kerja.
                                                           225
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231